Mataram (Suara NTB) – Pengisian Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar) Tahun 2024 bagi kepala satuan pendidikan dan pendidik telah berakhir. Dari pemantauan hasil pengisian oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek ditemukan pengisian Sulingjar belum optimal. Karena itu, pengisian Sulingjar kembali dibuka.
Koordinator Teknis Asesmen Nasional Bidang SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Purni Susanto pada Jumat 11 oktober 2024 mengungkapkan, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek telah mengeluarkan surat Pemberitahuan Pembukaan Akses Kembali Survei Lingkungan Belajar. Panitia memberikan kesempatan kepada kepala satuan pendidikan dan pendidik jenjang SMP/Paket B/SMPLB/SMP Terbuka, dan SMA/SMK/Paket C/SMALB/SMA Terbuka untuk melakukan pengisian Sulingjar mulai tanggal 9 Oktober sampai dengan 27 Oktober 2024.
“Ini peluang terakhir untuk sekolah yang belum mengisi Sulingjar atau sekolah yang guru-gurunya belum semua mengisi. Silakan dimanfaatkan waktu mumpung aksesnya dibuka panitia pusat. Waktu yang cukup lama ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan agar sekolah aktif memantau progres pengisian Sulingjar guru-guru,” imbau Purni.
Pembukaan kembali akses pengisian Sulingjar perlu dilakukan panitia, karena tingkat partisipasi dan keterisian instrumen Sulingjar sangatlah penting untuk hasil analisis dan pelaporan Asesmen Nasional (AN) dalam memberikan informasi komprehensif mengenai input dan proses pembelajaran.
Berdasarkan data dari panitia ANBK, dari total 381 SMA, 353 sekolah telah mengisi, dan 28 sekolah belum mengisi Sulingjar. Dari total 383 kepala sekolah, 343 telah mengisi, dan 40 kepala sekolah belum mengisi Sulingjar. Sementara, dari total 11.124 guru, 10.583 guru telah mengisi, dan 541 guru belum mengisi Sulingjar.
Adanya guru dan kepala sekolah belum mengisi Sulingjar ini akan menghambat proses perekaman data di panitia pusat. Jadwal penetapan rilis hasil Rapor Pendidikan pun akan molor karena harus menunggu sekolah yang lambat merespons pengisian Sulingjar.
Menurut Purni, untuk sekolah yang tidak ikut sama sekali tentu tidak akan memiliki rapor pendidikan tahun ini. Sekolah yang tidak memiliki rapor pendidikan tidak bisa dijadwalkan untuk akreditasi, karena porsi penilaian akreditasi sebagian besarnya melihat hasil rapor pendidikan.
“Sekolah yang tiga tahun berturut-turut tidak memiliki rapor pendidikan, terancam sekolahnya tutup/closed secara otomatis di Pusdatin Kemendikbudristek,” ungkap Purni yang juga Sub Koordinator Kurikulum Bidang SMA Dinas Dikbud NTB.
Komponen asesmen nasional terdiri dari Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), survei karakter, dan survei lingkungan belajar. Untuk AKM terdiri dari literasi dan numerasi. Survei karakter terdiri dari enam sub topik yang akan disurvei. Diharapkan dari hasil survei karakter akan keluar sebuah paradigma profil pelajar yang disebut profil pelajar Pancasila. Sementara, survei lingkungan belajar, berupa survei kondisi belajar, metode belajar, dan lainnya.
Hasil asesmen tidak menjadi syarat lulus seperti ujian nasional sebelumnya. Asesmen nasional diperuntukkan untuk pemetaan pendidikan, pemetaan kualitas pembelajaran, dan pemetaan mutu siswa yang tersebar di seluruh Indonesia. Nantinya hasil asesmen nasional akan menjadi salah satu referensi melakukan kebijakan layanan pendidikan di Indonesia pada tahun berikutnya. (ron)