Catatan: Agus Talino
KETIKA perayaan HUT NTB ke 65 yang dipusatkan di Sumbawa Besar, 17 Desember 2023. Saya hadir. Saya tidak saja mencermati suasana perayaan pada saat upacara. Saya juga mendengar pidato Pj. Gubernur NTB, Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si dengan serius.
Kehadiran Pak Gita di Sumbawa saat itu. Seperti orang pulang kampung saja. Orang yang merindukan kampung halamannya. Dan dirindukan kampung halamannya. Mungkin karena Pak Gita pernah berdinas di Sumbawa cukup lama. Sehingga teman dan sahabatnya banyak di Sumbawa. Informasinya, Pak Gita berkesempatan bertemu dengan teman-teman dan sahabatnya di Sumbawa.
Ketika Pak Gita menghadiri perayaan HUT NTB di Sumbawa Besar. Pak Gita belum lama sebagai Pj. Gubernur. Pak Gita dilantik sebagai Pj. Gubernur NTB, 19 September 2023. Artinya, Pak Gita baru tiga bulan sebagai Pj. Gubernur NTB.
Mungkin karena sebelumnya Pak Gita cukup lama sebagai pejabat di Pemprov NTB. Dan menjadi Sekda sebelum sebagai Pj. Gubernur NTB. Pak Gita tampak sangat menguasai medan sebagai Pj. Gubernur NTB. Beberapa Kepala OPD di Pemprov NTB bercerita kepada saya, mereka nyaman bekerja sama dan dipimpin Pak Gita.
Pilihan Pak Gita menggunakan tagline “NTB Maju Melaju”. Boleh jadi bukan sebatas agar kepemimpinannya punya identitas yang berbeda dengan kepemimpinan NTB sebelumnya. Sebagai orang yang sangat mengenal NTB. Pak Gita melihat, NTB perlu memiliki spirit baru untuk mendorong kemajuan NTB. Apalagi masa kepemimpinan sebagai Pj. Gubernur NTB tidak panjang. Tidak lima tahun seperti Gubernur definitif.
Sebagai pemimpin. Pak Gita mungkin sudah menghitung dan mempertimbangkan pilihan program sebagai prioritasnya. Program yang benar-benar bisa mewujudkan “NTB Maju Melaju”. Pilihannya adalah program yang membuat jarak antara masyarakat dengan pemimpinnya tidak berbatas.
Setiap Hari Jumat. Pj. Gubernur dan pejabat Pemprov NTB bertemu dengan masyarakat. Tidak sebatas mendengar aspirasi masyarakat. Tetapi merasakan kehidupan keseharian masyarakat di kampung-kampung.
Salah seorang pejabat di Pemprov NTB bercerita kepada saya. Program “Jumat Salam” itu sangat menarik. Tidak saja bagi masyarakat. Tetapi juga bagi pejabat Pemprov NTB.
Secara tidak langsung. Melalui Program “Jumat Salam”. Pejabat Pemprov NTB menjadi mempunyai ruang dan kesempatan membangun relasi dengan banyak pihak. Sehingga pejabat Pemprov NTB menjadi mempunyai banyak kenalan baru. Relasi baru. Tidak saja di tingkat kabupaten. Tetapi sampai ke desa-desa. Tempat program “Jumat Salam” dilaksanakan. Begitu juga masyarakat terbuka ruangnya untuk mempunyai akses dengan pejabat di Pemprov NTB. Sehingga masyarakat dan pejabat Pemprov NTB bisa gampang dan mudah membangun komunikasi. Kerena mereka sudah pernah bertemu. Sudah saling kenal.
Salah satu hal yang paling penting dalam bekerja itu adalah suasana batin. Cerita seorang pejabat Pemprov NTB. Dia sangat senang dan menikmati bertemu dan bersilaturahmi dengan masyarakat melalui program “Jumat Salam”. Baginya, itu adalah hal baru yang dirasakan sebagai pejabat.
Pada pidatonya ketika upacara HUT NTB di Sumbawa. Pak Gita menyebutkan. Pelaksanaan HUT NTB di Sumbawa adalah untuk memperkuat jalinan silaturahmi dan mendekatkan pemerintah dengan masyarakat di kabupaten/kota. Dan untuk menunjukkan bahwa Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok itu adalah satu kesatuan. Yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB).
Membangun NTB tidak bisa sendiri. Perlu dilakukan bersama-sama. Semua pihak harus saling menguatkan. Saling membantu. Program “Jumat Salam” bisa menjadi ruang untuk kita saling memperkuat kebersamaan. Memperkuat kebanggaan kita terhadap NTB. Daerah yang sama-sama kita cintai.
Secara pribadi saya mengenal Pak Gita cukup lama. Jauh sebelum Pak Gita sebagai Pj. Gubernur NTB. Pada tahun 2003. Pak Gita pernah sebagai Kabag Humas Pemprov NTB. Sebagai Kabag Humas. Pak Gita menjadi sering berinteraksi dengan pimpinan media dan wartawan.
Seingat saya. Cara Pak Gita membangun relasi dan berinteraksi menarik dan hangat. Sehingga saya dan teman-teman wartawan, khususnya Bali Post, Suara NTB dan Radio Global FM Lombok sangat terbantu dalam melaksanakan tugas-tugas kewartawanan kami. Terutama ketika kami membutuhkan informasi dari Pak Gita sebagai Kabag Humas.
Yang menarik dari Pak Gita. Pak Gita tidak saja cerdas dan mempunyai wawasan yang sangat luas. Sehingga menarik untuk menjadi teman diskusi. Tetapi mempunyai kemampuan menulis yang baik. Sampai sekarang, Pak Gita masih suka menulis. Termasuk menulis opini di Suara NTB. Cara menulis dan bertuturnya, ringan. Mudah untuk dimengerti. Sama dengan cara berbicara dan bercerita secara lisan. Pak Gita punya kekuatan lisan dan tulisan.
Takdir tak pernah salah menemukan rumahnya. Perjalanan karier Pak Gita menarik untuk dicermati. Saya melihat Pak Gita kerap menemukan keberuntungan. Ketika terpilih sebagai Sekda Pemprov NTB. Begitu juga sebagai Pj. Gubernur NTB. Ada dinamikanya. Ada “rivalitas”-nya. Banyak spekulasi yang beredar di sekelilingnya. Pada dua jabatan penting sebagai contoh tersebut. Pak Gita ditakdirkan sebagai Sekda dan Pj. Gubernur.
Tetapi saya percaya. Kehadiran Pak Gita pada seluruh jabatan dalam perjalanan kariernya. Bukan datang begitu saja. Pasti ada ikhtiar yang dilakukannya. Ada doa. Dan Pak Gita memiliki semua syarat yang diperlukan untuk berada jabatan-jabatan tersebut.
Saya tidak berada secara langsung dalam tim kerja Pak Gita. Misalnya, sebagai Kepala Dinas. Tetapi dari banyak cerita yang saya dengar. Terutama setelah Pak Gita sebagai Pj. Gubernur NTB. Pak Gita dinilai mempunyai kemampuan memimpin yang mahir. Ada yang menganalogikan Pak Gita dengan konduktor sebuah orkestra besar. Semua alat musik padu dan harmoni mengeluarkan suara. Suara musik menjadi indah dan enak didengar. Karena konduktornya mahir memimpin orkestra. Artinya, Pak Gita sebagai pemimpin paham benar apa yang harus dilakukan. Termasuk membangun tim kerja yang saling melengkapi. Saling menguatkan. Saling menghargai. Sehingga semua orang yang dipimpinnya bekerja dengan semangat yang tinggi, riang gembira dan produktif. *