Mataram (Suara NTB) – SLB di NTB didorong melaksanakan program vokasi untuk memberikan bekal keterampilan kepada siswa ketika lulus sekolah. Salah satu bukti kesungguhan penerapan program vokasi yang dilakukan pihak SLB yaitu melalui pelaksanaan uji kompetensi. Salah satunya dilakukan SLBN 1 Lombok Barat (Lobar) yang melaksanakan Uji Kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP-P1) Bidang Tata Kecantikan bersama sekolah jejaring se-NTB di Aula LSP-P1, pada Rabu, 6 November 2024 sampai dengan Senin, 11 November 2024 mendatang.
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Dr. Hj. Eva Sofia Sari, S.Pd., M.Pd., pada Rabu, 6 November 2024 menjelaskan, pada uji kompetensi kali ini diikuti oleh 18 peserta. LSP telah diterima SLBN 1 Lobar dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Itu berarti SLBN 1 Lobar dapat menguji dan mengeluarkan Sertifikat Kompetensi untuk siswa yang mengalami hambatan fungsional.
Fungsi dari LSP-P1 adalah sebagai lembaga yang memastikan kompetensi dengan menyediakan pendidikan vokasi berdasarkan kualifikasi atau keahlian.
“Oleh karena itu SLBN 1 Lobar merupakan bagian dari Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang memiliki lisensi untuk menerbitkan sertifikat kompetensi sesuai skema yang telah divalidasi oleh BNSP yaitu kompetensi keahlian Tata Kecantikan,” ujar Eva.
SLBN 1 Lobar sendiri sudah memiliki asesor yang memiliki kompetensi andal dan juga tempat uji kompetensi yang berstandar. Dengan begitu, SLBN 1 Lobar dapat mengembangkan jaringan dan kerja sama dengan para pihak dalam memenuhi segala kebutuhan peserta didik.
“Saya berharap dari sekarang semua SLB sudah memiliki niat untuk menjadi LSP dengan vokasi yang berbeda. Sehingga anak-anak hebat kita memiliki peluang dari potensi yang mereka miliki untuk berdaya saing di dunia kerja. Dan harapannya SLB NTB bisa berbuat banyak untuk anak-anak hebat yang memiliki hambatan fungsional,” harap Eva.
Terkait pendidikan vokasi di SLB, pihaknya akan fokus bekerja sama dengan mitra terkait seperti SMK dan pihak Industri dan Dunia Kerja (Iduka). SLB vokasi mengacu pada kurikulum SLB yang lebih menekankan pada pendidikan keterampilan. Eva menyampaikan, dengan adanya keterampilan tersebut, para siswa bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.
Guru SLB dilatih vokasi di SMK. Salah satunya dengan pemagangan guru SLB di SMK. Di samping itu, pihaknya menggandeng dan memperluas kerja sama dengan pihak industri, agar karya SLB vokasi tidak sekadar jadi bahan belajar tetapi bisa diproduksi dan dipasarkan.
“Jadi bukan hanya sekadar teori tapi juga dapat diaktualisasikan atau diwujudkan agar bisa dinikmati masyarakat luas,” harap Eva.
Menurut Eva, ada 20 item keterampilan ditawarkan direktorat pendidikan khusus terkait SLB vokasi. Namun, sekolah hanya mengakomodir keterampilan yang sesuai dengan keadaan sekolah dan kebutuhan siswanya.
Kurikulum SLB memang diarahkan ke vokasi, tidak hanya untuk SLB negeri, tetapi juga SLB swasta. Menurutnya, kurikulum SLB vokasi ini penting diterapkan SLB karena adanya fakta lulusan SMA dari SLB cuma 2 persen yang melanjutkan ke perguruan tinggi. (ron)