Mataram (Suara NTB) – Komisi Pemilihan Umum Kota Mataram perlu mencari strategi baru untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilihan walikota dan wakil walikota. Pasalnya, menjelang pemungutan suara (pencoblosan) pemilih mengambang mencapai 30-40 persen.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Mataram, Edy Putrawan menegaskan, pemilih mengambang alias swing potter menjadi tantangan bagi penyelenggara pemilihan kepala daerah di kawasan perkotaan. Padahal, berbagai cara telah ditempuh melalui kegiatan sosialisasi di semua segmen seperti sekolah, perguruan tinggi, dan menyasar pasar tradisional. “Harapannya kegiatan sosialisasi yang masif kita lakukan ini mampu menarik minat warga datang ke TPS menyalurkan hak pilih mereka,” terangnya.
Edy menyebutkan, warga Kota Mataram yang belum menentukan pilihan pada pemilihan walikota dan wakil walikota mataram pada 27 November 2024 mencapai 30-40 persen. Di satu sisi, Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia menargetkan angka partisipasi pemilih di Pilkada mencapai 75 persen. “Pokoknya sekitar 30-40 persen angka swing potter,” ujarnya.
Persoalan lain yang dihadapi adalah pergeseran tempat tinggal warga walaupun secara administrasi kependudukan mereka termasuk warga Kota Mataram, tetapi de factonya tinggal di luar Kota Mataram. Kondisi ini mau tidak mau atau suka tidak suka akan berpengaruh besar terhadap tingkat partisipasi pemilih.
Masyarakat kata Edy, bisa saja enggan datang ke tempat pemungutan suara untuk menyalurkan hak pilihnya karena alasan jauh dari tempat tinggal mereka atau kondisi cuaca. KPU sebagai penyelenggara juga kewalahan mengantisipasi fenomena tersebut, sehingga perlu pelibatan pemerintah daerah untuk mendorong warganya menyalurkan hak pilih mereka. “Kami kewalahan juga mengantisipasi dan kasus ini tidak sedikit karena banyak yang tinggal di daerah perbatasan kota,” demikian kata dia. (cem)