Mataram (Suara NTB) – Hari Guru Nasional (HGN) yang diperingati setiap tanggal 25 November harus menjadi momentum bagi semua pihak untuk merefleksikan arti dan kedudukan guru. Kasus kriminalisasi terhadap guru yang beberapa kali terjadi beberapa waktu terakhir perlu menjadi bahan refleksi bersama.
Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) yang juga Ketua FSGI NTB, Mansur pada Minggu, 24 November 2024 mengatakan, terkait kasus kriminaliasi terhadap guru, guru diminta untuk lebih berhati-hati dalam memberikan tindakan apapun kepada siswa, menghindari kekerasan dan tetap mengedepankan unsur pendidikan. Di pihak lain, orang tua siswa maupun masyarakat diharapkan memberikan dukungan kepada guru dan sekolah agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik untuk mendidik anak-anak mereka.
“Untuk itu FSGI menghimbau kepada semua rekan guru untuk menggunakan momentum hari guru sebagai ajang refleksi terkait arti dan kedudukan penting guru sesuai Undang-undang Guru dan Dosen nomor 14/2005. Di mana guru adalah pendidik profesional yang bertugas mengajar, mendidik, membimbing, dan menilai hasil belajar para murid. Guru haruslah menjadi pembelajar sepanjang hayat agar dapat membelajarkan siswanya dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang merata dan berkualitas,” ujarnya
Sementara itu, bagi FSGI sebagai organisasi yang berfokus pada perlindungan guru, ada kado harapan dari Kementerian, bahwa Kemendikdasmen akan menandatangani nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang di dalamnya memuat kesepakatan agar masalah-masalah kekerasan dalam pendidikan diselesaikan secara damai dan kekeluargaan atau restorative justice. “Sehingga guru tidak menjadi terpidana,” harap Mansur. (ron)
