BERDASARKAN data SKI tahun 2023, angka stunting di NTB menurun cukup tinggi sebanyak 8,1%. Pada tahun 2022, angka stunting di NTB mencapai 32,7% dan di akhir 2023, angka stunting NTB turun menjadi 24,6%. Penurunan angka stunting di NTB ini menjadi angka penurunan tertinggi dibandingkan dengan 33 provinsi lainnya yang ada di Indonesia.
Demikian disampaikan Kepala BKKBN Provinsi NTB, H.Lalu Makrifuddin yang menyampaikan rasa syukurnya terkait dengan jumlah penurunan stunting yang cukup tajam ini. “Kita NTB alhamdulillah (angka stunting) menurun cukup tajam, dari 32,7% menjadi 24,6% artinya turun 8,15 dan penurunan ini penurunan yang baik dibandingkan dengan provinsi lain. Dan alhamdulillah memang terus menurun sampai tahun 2024,” katanya pada Rabu 20 maret 2024
Meski Provinsi NTB mengalami penurunan stunting terbanyak dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, namun pemerintah provinsi tetap berupaya untuk menekan angka stunting di NTB, dan harapannya di tahun 2024 ini prevalensi stunting di NTB mampu menurun menjadi 14-17% sesuai dengan target harapan nasional. Selanjutnya, Makriffudin juga menjelaskan terkait alasan mengapa angka stunting di NTB mengalami penurunan tajam, hal ini karena adanya komitmen pemprov yang luar biasa mengenai penurunan stunting ini.
“Ibu Wagub periode 2018-2022 itu turun langsung, dan kita ada inovasi satu kegiatan yang namanya gotong royong bakti stunting. Ibu Wagub turun ke desa-desa, ke daerah-daerah lokus stunting dan mengevaluasi pelaksanaan intervensi di desa itu langsung melihat data dan sebagainya” jelasnya. Adanya komitmen penurunan stunting oleh pemerintah provinsi diikuti oleh pemerintah kabupaten/kota, sehingga pemerintah daerah pun ikut turun langsung ke desa-desa lokus stunting untuk memberikan penanganan terkait permasalahan stunting pada batita dan balita.
Selain turun langsung melihat kondisi lokus stunting, pemerintah provinsi juga memberikan edukasi Dashap yaitu dapur sehat atasi stunting berupa praktik memasak di kampung keluarga berkualitas. Kegiatan Dashap ini dinilai cukup berpengaruh dalam membantu penurunan angka stunting di NTB karena dari kegiatan ini masyarakat mengetahui pentingnya mengkonsumsi protein hewani.Adapun dalam mempercepat angka penurunan stunting, pemerintah provinsi melakukan berbagai inovasi untuk membantu percepatan penurunan persenan stunting di NTB, diketahui bahwa hampir di seluruh kabupaten/kota yang ada di NTB mempunyai inovasinya sendiri terkait dengan strategi penurunan angka stunting. “Ada di Sumbawa Barat namanya Kebas Stunting (keluarga bahagia bebas stunting), sejenis itu ada di masing-masing kabupaten/kota,” jelasnya.
Kemudian, BKKBN juga menciptakan inovasi Ranpansi atau rencana aksi nasional penurunan stunting Indonesia yang ditetapkan dengan perban BKKBN, Makriffudin mengatakan bahwa apa yang ada di peraturan BKKBN terkait Ranpansi tersebut juga akan diterapkan di NTB. Salah satu inovasi yang ada di Ranpansi yaitu audit bapak asuh anak stunting yang mana seluruh Perusahaan, organisasi kemasyarakatan, Dinas juga siswa menyumbang telur untuk disumbangkan kepada anak-anak yang terindikasi terkena stunting. Menariknya inovasi ini dilakukan pertama kali di NTB dan diikuti oleh provinsi lainnya yang ada di Indonesia.
Selain itu, ada pula audit kasus stunting yang mana batita, balita, dan anak yang terindikasi terkena stunting akan di audit oleh dokter spesialis anak terkait dengan alasan mengapa ia bisa terindikasi stunting. “Kalau ada anak yang tidak naik berat badannya, tidak bertambah tingginya secara berturut-turut, 3 bulan, itu diaudit, kenapa dia tidak naik, dan ini dihadiri oleh dokter spesialis anak dan itu dilaksanakan di masing-masing kabupaten/kota. Ada juga inovasi rakor stunting di kabupaten/kota, TPPS atau tim percepat penurunan stunting,’’ jelasnya. (era)