Dompu (Suara NTB) – Intensitas hujan yang terbatas selama Desember 2023 hingga Januari 2024 di beberapa wilayah Kabupaten Dompu mengancam tanaman jagung petani. Sekitar 570 ha tanaman jagung warga di 3 desa se-Kecamatan Kempo terancam gagal panen karena pertumbuhannya terganggu akibat tidak mendapatkan pasokan air. Tanaman jagung tersebut rata-rata berada di daerah tadah hujan dan ladang petani.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, Muhammad Syahroni, SP, MM yang dikonfirmasi, Senin 5 Februari 2024 mengakui ada sejumlah tanaman jagung petani di wilayah Kecamatan Kempo yang terancam gagal panen karena kurang mendapatkan air untuk pertumbuhannya pasca ditanam. Jagung petani yang banyak ditemukan tidak tumbuh dengan baik ada di 3 desa yaitu Desa Tolokalo, Songgajah, dan Desa Soro.
Di Tolokalo dengan luas tanaman jagung sekitar 1.225 ha, sebanyak 390 ha mengalami dampak kekeringan. Di Songgajah dari 539 ha, sebanyak 90 ha yang terdampak kekeringan. Begitu juga dengan di Desa Soro seluas 90 ha dari total tanaman jagung petani 184 ha. “Total yang terancam kekeringan seluas 570 ha,” kata M Syahroni.
Sejak penanaman jagung, intensitas hujan di 3 desa tersebut relatif terbatas sehingga pertumbuhannya tidak bagus. Oleh pemilik, sempat dilakukan penyulaman pada tanaman yang rusak. Sehingga pertumbuhannya tidak merata. “Tanaman jagung hasil sulaman inilah yang saat ini mengalami kekeringan,” ungkap Syahroni.
Diakui Syahroni, berdasarkan perkiraan BMKG bahwa puncak hujan di wilayah Kabupaten Dompu terjadi pada Februari-Maret 2024. Tapi awal hujan terjadi pada November 2023. Kondisi ini sebagai dampak langsung El Nino. (ula)