Giri Menang (Suara NTB) – Proyek penataan Kawasan Wisata Taman Narmada di Kebon Datu Dusun Peresak Utara Desa Peresak yang menelan biaya Rp2,7 miliar mangkrak. Sejak dibangun tahun 2022 lalu, proyek Dinas Pariwisata ini tak dimanfaatkan. Kondisi beberapa bagian banguan pun sudah rusak.
Pantauan media ini, Selasa 30 juli 2024 sejumlah fasilitas dibangun di lokasi perbukitan tersebut. Di antaranya panggung kesenian atau panggung teater dilengkapi dengan tempat oleh-oleh, tempat ibadah, serta tempat kuliner yang menjual berbagai aneka kuliner khas Narmada.
Dari hasil pengamatan, sejumlah bagian rusak. Seperti tempat teater, atapnya jebol karena ditimpa pohon. Dahan pohon pun terlihat masih tertancap di atap tersebut. Kemudian di dekat sungai, ada bangunan toilet, kondisinya tak terurus. Atapnya sudah mulai rusak akibat ranting-ranting pohon yang jatuh.
Kemudian di bagian atas, terdapat beberapa bangunan seperti Artshop atau sejenis Ruko. Bagian atapnya rusak akibat ditimpa pohon. Di dekat bangunan itu ada Mushola yang bagian plafonnya sudah runtuh. Di areal ini juga terdapat bangunan yang bagian atapnya ambruk ditimpa dahan pohon.
Ada juga sejenis meja dan kursi yang dibangun di lokasi tersebut. Diketahui pembangunan sejumlah fasilitas ini menghabiskan anggaran sekitar Rp2,7 miliar beberapa tahun lalu. Sumber anggarannya didanai dari dana alokasi khusus (DAK) dan telah diserahkan ke desa.
Kadus Peresak Utara, Suseno Hardiantoro menyebut luas lahan Kebon Datu itu seluas 1 hektar. Yang dipakai untuk membangun di kawasan itu sekitar 25 are. Beberapa bangunan yang dibangun ada mushola, bangunan semacam Ruko (art shop), tempat duduk, ada juga dibangun semacam panggung.
Awal mula serah terima proyek itu ke pihak taman Narmada, namun itu tarik ulur dengan Dispar karena pihak Dinas mau menyerahkan ke desa. Itu sempat menjadi kendala. Namun serah terima dilakukan ke desa dengan perjanjian kontrak.
Di mana dalam kontrak itu, tidak boleh diubah atau ditambah bangunan kawasan itu. Sehingga itu membuat desa agak tidak maksimal. Pihak desa sendiri mau membangun lapak-lapak di atas, namun oleh dinas tidak boleh. “Sementara konsep kita di Dusun tidak seperti seperti itu,’’ ujar Suseno.
Kalau dibangun lapak maka warga bisa berjualan entah itu jual serabi, bulayak dan kuliner lainnya. Pihaknya bisa saja memasarkan dan meramaikan lokasi dengan kegiatan senam atau apa, namun tempat jualannya tidak ada. Namun warga butuh tempat beli minuman atau kuliner lainnya. “Jadi terbengkalai,”ujarnya.
Kepala Desa Peresak, Bahri yang dikonfirmasi terkait pemanfaatan bangunan tersebut, mengaku fasilitas wisata itu sudah diserahkan ke pihak desa. Pemanfaatan belum maksimal karena banyak kendala, seperti akses jalan masuk, fasilitas air bersih dan lainnya. ‘’Belum maksimal karena kendala banyak hal, seperti akses jalan tidak representatif, fasilitas air belum ada,” kata Kades Peresak, belum lama ini.
Diterangkan, banyak konsep untuk memanfaatkan bangunan tersebut, setelah diserahkan ke desa. Namun butuh banyak pembenahan yang perlu dilakukan, seperti akses jalan dari kawasan taman Narmada ke lokasi belum ada, jembatan penghubung yang menghubungkan ke lokasi longsor dan tempat parkir belum ada. Ditambah lagi, lokasi itu berada di kemiringan dan banyak pohon menyisakan sampah. Karena itu, pohon-pohon ini perlu dipangkas.
Belum lagi bangunan itu perlu diperbaiki karena ditimpa ranting dan dahan pohon. Musolla dibangun di bagian atas, seharusnya di pinggir kali atau sungai agar memudahkan pengunjung. Lapak-lapak yang ada di lokasi itu pun belum ada yang mau menyewa, karena kondisinya.
Pihaknya berencana akan membangun lapak kecil terbuka untuk menjual makanan khas Narmada. Kemudian, perlu dijamin kebersihan di lokasi. Dan jembatan dari taman Narmada ke lokasi perlu diperbaiki lebih representatif.
Pihaknya perlu juga menata kawasan sungai yang memisahkan lokasi itu dengan taman Narmada. “Perlu juga dibangun kolam kecil,” ujarnya. Untuk pengelolaan kawasan ini nantinya pihaknya akan mengalokasikan dari DD untuk penyertaan modal ke BUMD yang nanti mengelola kawasan ini. Namun kondisi BUMD ini akan dihidupkan dulu agar bisa mengelola kawasan tersebut. Lebih-lebih di desa banyak kesenian tradisional bisa tampil di lokasi. “Itu bisa kami tampilkan,” imbuhnya. (her)