Mataram (Suara NTB) – Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat berkomitmen menyediakan layanan bagi asibilitas dan disabilitas melalui produk Kamus Terpadu Bahasa Daerah (Sasak, Samawa, dan Mbojo)-Indonesia-Isyarat-Aksara Braille Ramah Anak dan Difabel. Berdasarkan hal tersebut, Kantor Bahasa NTB melaksanakan kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun Bahasa Daerah (Sasak, Samawa, dan Mbojo)-Indonesia-Bahasa Isyarat-Aksara Braille Ramah Anak dan Difabel, pada Rabu, 3 Juli 2024 .
Kegiatan ini sebagai wadah komunikasi Kantor Bahasa NTB dengan para pengguna layanan dalam menyusun dan mengembangkan Kamus Terpadu Bahasa Daerah Sasambo dan untuk memverifikasi, memvalidasi, mereviu, dan menerima bahan masukan dan saran produk Kamus Terpadu Bahasa Daerah (Sasambo)-Indonesia.
Mengawali sambutan pembukaan kegiatan, Kepala Kantor Bahasa NTB, Puji Retno Hardiningtyas menuturkan bahwa penciptaan produk Kamus Terpadu Bahasa Daerah (Sasambo)-Indonesia ini melalui serangkaian tahapan, mulai dari pencarian data kamus, uji instrumen kebermanfaatan dan kebutuhan kamus, penyusunan data kamus, DKT Kamus Terpadu, dan terakhir sosialisasi Kamus Terpadu Bahasa Daerah (Sasambo)-Indonesia.
“Kami menyadari bahwa peran peningkatan layanan kebahasaan dan kesastraan harus luas, merata, dan setara. Kami telah melahirkan produk layanan Kamus dalam Jaringan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (Kadaring SIBI), Kamus Bergambar, dan Kamus Bahasa Daerah (Sasambo) lebih awal. Akan tetapi, kami berupaya mengembangkan ketiga produk tersebut ke dalam Kamus Terpadu Bahasa Daerah untuk menjawab tantangan layanan yang lebih baik,” tuturnya mengawali sambutan di Aula Cilinaya, Kantor Bahasa NTB.
Lebih lanjut ia menjelaskan kegiatan ini menjadi sinergi dan kolaborasi kemitraan Kantor Bahasa NTB dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, khususnya sekolah luar biasa yang menjadi sasaran utama produk ini. Kegiatan ini juga menjadi forum evaluasi layanan yang dikelola oleh Kantor Bahasa NTB dalam mengembangkan produk inovasi, baik berbasis cetak maupun digital.
“Kami berpikir bahwa fasilitas layanan kami selama ini cukup lengkap, tetapi ternyata belum. Misalnya, saat kegiatan perlu disediakan penerjemah SIBI dan Bisindo. Hal-hal teknis seperti ini yang belum kami ketahui banyak. Untuk itu, kami terus berupaya memenuhi berbagai unsur peningkatan kualitas layanan kami,” ujarnya.
Adapun produk Kamus Terpadu Bahasa Daerah (Sasambo)-Indonesia ini merupakan pengembangan kebudayaan lokal, inklusi sosial melalui Kamus Sasambo-Aksara Braille, dan penguatan identitas regional. Sasarannya diperluas dengan tidak hanya menyentuh pemerintah daerah sebagai pemangku kepentingan kebijakan, tetapi juga lembaga pendidikan, komunitas penyandang disabilitas, pelajar dan pendidik, serta masyarakat umum.
Pada kesempatan ini juga, narasumber Fitri Nugrahaningrum yang merupakan teman tunanetra menegaskan Kamus Aksara Braille dapat membantu para teman tunanetra dalam melihat dunia dan membuka pengetahuan secara luas. Manfaat tersebut langsung ia alami dan rasakan.
“Saya telah mempelajari produk Kamus Sasambo-Aksara Braille Kantor Bahasa NTB. Saya merasa ini sangat penting dan menambah pengetahuan saya. Produk seperti ini betul-betul dibutuhkan oleh teman tunanetra sebagai bahan pembelajaran buat kami juga. Usulan saya, perlu adanya audio untuk Kamus Terpadu Bahasa Daerah Sasambo-Indonesia. Harapan saya bahwa produk ini dapat terus dikembangkan dan bisa diakses lebih luas,” ungkap Fitri.
Berikutnya, penyampaian materi oleh narasumber lainnya. Narasumber kegiatan, yaitu Fazlur Rahman dari SLBN 1 Lombok Tengah menyampaikan materi “Praktik Baik Alih Wahana Kamus Sasambo ke Aksara Braille”. Ia memaparkan proses produksi alih wahana kamus ke dalam aksara Braille.
Syafira Septiana Endarti dari SLBN 2 Lombok Barat menyampaikan materi “Praktik Baik Olah Data Bahasa Isyarat”. Ia menjelaskan sekaligus mempraktikkan bahasa isyarat yang selama ini digunakan oleh teman tunarungu.
Hj. Eva Sofia Sari dari Dinas Dikbud NTB menyampaikan materi “Implementasi Layanan Pendidikan Khusus di Sekolah Luar Biasa dan Sekolah Inklusi” dan H. Aidy Furqan yang merupakan Kepala Dinas DIkbud NTB menyampaikan materi “Kebijakan Dinas Dikbud NTB dalam Meningkatkan Layanan Pendidikan Bahasa Daerah bagi Disabilitas”.
Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Timur. Adapun peserta sekolah merupakan perwakilan dari sekolah luar biasa, sekolah umum, dan sekolah inklusi yang berjumlah 15 sekolah. Perwakilan sekolah merupakan lembaga yang terlibat dan berpartisipasi sejak tahapan uji instrumen kebermanfaatan dan kebutuhan kamus terpadu.
Pada akhir kegiatan, semua peserta memberikan masukan dan saran sebagai bahan pengembangan dan penyempurnaan Kamus Terpadu Bahasa Daerah (Sasak, Samawa, dan Mbojo)-Indonesia-Bahasa Isyarat-Aksara Braille Ramah Anak dan Difabel. (ron)