Mataram (Suara NTB) – Bank Indonesia mendorong seluruh stakeholder di Provinsi NTB untuk meningkatkan ekspor, memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi negara-negara maju. Sebagaimana kondisi perekonomian yang dipaparkan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry Harahap saat berdiskusi dengan wartawan, Kamis 1 Februari 2024 kemarin.
Secara global, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tumbuh sebesar 3,0% pada 2023 dan melambat menjadi 2,8% pada 2024 dengan kecenderungan risiko yang lebih rendah. Ekonomi Amerika Serikat dan India tetap kuat didukung konsumsi RT dan investasi.
Sementara itu, ekonomi Tiongkok melambat seiring dengan tetap lemahnya konsumsi RT dan investasi sebagai dampak lanjutan dari pelemahan kinerja sektor properti, serta terbatasnya stimulus fiskal. Tekanan inflasi global menurun namun masih di atas sasaran, sementara itu inflasi Tiongkok menurun dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Adapun tekanan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia mulai berkurang. Perkembangan tersebut mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing dan mengurangi tekanan pelemahan nilai tukar di emerging market, termasuk Indonesia.
Sementara itu, ekonomi domestik diprakirakan tumbuh mencapai 4,5-5,3% pada 2023 didorong oleh konsumsi dan investasi sejalan dengan akselerasi belanja Pemerintah di akhir tahun dan percepatan penyelesaian PSN. Sementara itu, inflasi turun lebih cepat dan terkendali dalam sasaran.
Adapun ketahanan perbankan dan stabilitas sistem keuangan terjaga ditopang likuiditas yang tetap memadai, permodalan yang kuat, serta risiko kredit yang rendah. Ke depan, prospek ekonomi domestik pada 2024 diprakirakan terus membaik dan mencapai 4,7-5,5%.
Didukung oleh permintaan domestik utamanya berlanjutnya pertumbuhan konsumsi, termasuk dampak positif penyelenggaraan pemilu, serta peningkatan investasi khususnya bangunan sejalan dengan berlanjutnya pembangunan PSN termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN). Sementara itu, inflasi tetap terkendali pada kisaran 2,5±1% pada 2024.
Lanjut Berry, perekonomian Provinsi NTB pada tahun 2024 diprakirakan tumbuh positif dan meningkat dibandingkan tahun 2023. Dari sisi pengeluaran, akselerasi pertumbuhan terutama ditopang oleh potensi peningkatan kinerja ekspor sejalan dengan peningkatan rencana produksi konsentrat tembaga di tahun 2024 sebesar 894 ribu ton, terutama untuk mengoptimalkan kuota ekspor konsentrat hingga Mei 2024.
Lebih lanjut, konsumsi diperkirakan tetap tumbuh tinggi ditopang peningkatan UMP 3,06%, berlanjutnya bansos, serta penyerapan anggaran Pilpres dan Pilkada. Namun demikian, pertumbuhan lebih lanjut diperkirakan relatif tertahan oleh adanya pergeseran masa panen yang diakibatkan oleh El Nino, berakhirnya proyek smelter yang bernilai signifikan, serta operasionalisasi smelter yang masih terbatas selama masa commissioning test.
“Tahun 2024 ini, Bank Indonesia memproyeksikan ekonomi NTB akan tumbuh 3,3 sampai 4,1 persen,” tambahnya. Sebagaimana diketahui, ekspor NTB didominasi oleh komoditas tambang (mencapai 90%). Untuk itu, pemerintah menghimbau berbagai pihak untuk melakukan diversifikasi produk ekspor.
“Bank Indonesia terus mendorong untuk meningkatkan ekspor non tambang ditengah kondisi global pertumbuhan ekonomi di negara maju yang diproyeksikan lebih baik dan menciptakan tambahan permintaan. Kondisi ini yang perlu direspon oleh NTB untuk meng-ekspor barang-barang kebutuhan negara dimaksud terutama Amerika dan Eropa,” ujarnya.
BI Provinsi NTB melalui RIRU (Regional Investor Relation Unit) memfasilitasi promosi perdagangan untuk UMKM potensial ekspor, diantaranya melalui one on one meeting secara virtual, showcase di luar negeri, pengiriman sampel, serta fasilitasi onsite visit potensial buyer.
Dari berbagai upaya tersebut, antusiasme dan permintaan calon buyer dari luar negeri terhadap komoditas unggulan di Provinsi NTB tercatat sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa kualitas produk yang dimiliki daerah ini memiliki daya saing di pasar global. (bul)