spot_img
Senin, Januari 20, 2025
spot_img
BerandaNTBDOMPUKesaksian Istri KPPS di Dompu yang Meninggal di Pemilu 2019 Berharap Tidak...

Kesaksian Istri KPPS di Dompu yang Meninggal di Pemilu 2019 Berharap Tidak Ada Lagi Korban di 2024

Dompu (Suara NTB) – Pemilu 17 April 2019 dikenal sebagai pemilu yang tragis, karena banyak anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang kelelahan bahkan hingga meninggal dunia. Kisah tragis Pemilu 2019 diharapkan tidak terulang di pemilu-pemilu mendatang, termasuk di Pemilu 14 Februari 2024 ini.

Anggota KPPS yang meninggal karena kelelahan pasca pungut hitung suara, juga terjadi di Kabupaten Dompu yang menimpa Suria M. Tahir anggota KPPS Hu’u, Kecamatan Hu’u. Suria meninggal 2 hari setelah pungut hitung surat suara setelah mengeluh kelelahan dan istirahat di rumahnya Dusun Nangadoro, Desa Hu’u, Kecamatan Hu’u tahun 2019.

Pemilu 2019 menjadi pemilu pertama yang menggabungkan antara Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden di hari yang sama. Sehingga pemilih langsung membawa 5 kertas surat suara yaitu untuk Presiden dan wakil Presiden, DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Proses perhitungan surat suara pun membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan di beberapa TPS dilakukan hingga keesokan hari. Selain proses perhitungan surat suara, banyaknya format yang harus diisi menuntut petugas harus cermat dan teliti.

Sebelum hari pencoblosan, anggota KPPS juga dituntut menyiapkan tempat pemungutan surat suara dan memastikan surat suara aman hingga proses pungut hitung rampung dilakukan. Waktu istrahat pun nyaris tidak ada. Belum lagi ketika ada tekanan akibat jumlah surat suara di kotak suara tidak sama jumlahnya dengan jumlah pemilih, sehingga anggota KPPS menjadi sasaran tekanan dari saksi dan tim sukses.

Kondisi ini membuat banyak anggota KPPS kelelahan dan mengeluh sakit. Hal seperti ini menimpa Suria M. Tahir, anggota KPPS Hu’u yang meninggal dunia 2 hari setelah pungut hitung surat suara di TPS tanggal 17 April 2019.

“Setelah hari pencoblosan, dia mengeluh sakit. Sehingga hanya istrahat di rumah. Karena sakitnya semakin berat, oleh keluarga dibawa ke Puskesmas (Rasabou Kecamatan Hu’u). Tapi dalam perjalanan, ia menghembuskan napas terakhirnya,” ungkap India, istri alm Suria, warga Dusun Nangadoro Desa Hu’u Kabupaten Dompu di kediamannya, Jumat 2 Februari 2024.

India tidak berharap, musibah yang dialami suaminya akan terjadi pada penyelenggara pemilu lainnya. Karena para penyelenggara pemilu, juga memiliki keluarga sebagai tanggungannya. Suria sendiri meninggal dunia meninggalkan seorang istri dan seorang anak bernama M. Adhar yang kini baru berusia 8 tahun dan duduk di bangku kelas 2 SDN Nangadoro, Hu’u.

India juga mengaku cukup bangga dan respek terhadap penyelenggara pemilu di Kabupaten Dompu. Musibah yang dialaminya bersama keluarga, tidak dipandang sebelah mata. Para penyelenggara, mulai dari anggota KPPS hingga komisioner KPU Kabupaten Dompu berdatangan dan memberikan dukungan, termasuk menyerahkan uang duka.

“Itu mereka keluarkan dari kantongnya sendiri. Belum lagi uang duka dari KPU RI yang diserahkan secara resmi di kantor KPU Dompu sebanyak Rp36 juta,” kenangnya.
M. Adhar, putra semata wayang Suria M. Tahir bersama India yang masih tinggal di Nangadoro bersama ibu dan kakek-nenek dari ibu maupun bapaknya in mengaku ingin bekerja di perusahaan tambang. Karena Nangadoro Desa Hu’u merupakan area pusat aktivitas kegiatan eksplorasi mineral PT Sumbawa Timur Mining (STM).

Ia pun berkomitmen untuk terus belajar menyiapkan diri, sehingga memiliki kemampuan untuk bisa bekerja di perusahaan tambang. “Saya mau kerja di tambang,” akunya.

Kejadian yang dialami Suria warga Nangadoro di Pemilu 2019 sudah diantisipasi dalam pemilu 2024. Tidak banyak format yang diisi secara manual untuk menghindari kekeliruan dan menghabiskan banyak tenaga dalam proses pengisian. Pemilu saat ini, rangkap format C1 meja atau C1 hasil diisi dalam laptop sehingga bisa dicetak untu…

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO