KASUS gigitan anjing liar di beberapa daerah di NTB masih banyak ditemukan. Sebagian besar korban dari gigitan anjing liar ini adalah anak-anak dan orang tua. Ada keinginan dari sebagian elemen masyarakat, khususnya yang warganya menjadi korban untuk melakukan eliminasi terhadap anjing liar.
Meski demikian, dalam melakukan eliminasi seperti disampaikan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB Muhammad Riadi, tidak mudah melakukannya. Selain dihadapkan dengan masalah dana, racun yang dipergunakan untuk melakukan eliminasi anjing sangat mahal.
“Untuk eliminasi kita tidak punya dananya. Jika eliminasi dengan cara memberikan racun, harganya sangat mahal. Yakni Rp 100 juta per gram. Dalam penggunaan racun pada hewan ini pun harus di bawah kontrol dokter hewan,” ujarnya di Kantor Gubernur NTB, kemarin.
Menurutnya, dalam melakukan eliminasi anjing tidak segampang meracun tikus, kalau racun anjing ini mau mendapatkan obat mahal dan ketat kontrolnya. Untuk itu, ujarnya, para pecinta hewan diminta tidak perlu khawatir akan dilakukan eliminasi.
Ditegaskannya, sampai saat ini upaya untuk eliminasi anjing liar ini bukan menjadi pilihan Pemprov dalam rangka menekan keberadaan anjing-anjing liar.
Menurutnya yang menjadi pilihan dalam menekan kasus gigitan anjing liar, adalah dimandulkan atau disteriilisasi dan dikebiri. “Itu yang menjadi pilihan kita,” ujarnya.
Meski upaya melakukan sterilisasi, ungkapnya, Pemprov NTB masih terkendala anggaran. Sebab target sterilisasi tidak sesuai dengan jumlah populasi anjing liar yang ada di NTB. Sterilisasi pada anjing liar ini banyak dibantu oleh NGO bekerjasama dengan pecinta hewan. (ham)