Mataram (Suara NTB)– Penjabat (Pj) Gubernur NTB Drs H.Lalu Gita Ariadi M.Si didampingi Kepala Biro Perekonomian Setda NTB H.Wirajaya Kusuma mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) mingguan bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) secara virtual di Pendopo Timur Gubernur NTB, Senin 25 maret 2024 kemarin.
Rakor dipimpin oleh Inspektur Jenderal Komjen Pol Drs. Tomsi Tohir, M.Si., serta diikuti oleh sejumlah pejabat Kementerian, kepala lembaga pemerintah dan non pemerintah, gubernur, bupati, walikota se-Indonesia dan stakeholde. Dalam rakor tersebut dipaparkan tentang Tinjauan Inflasi dan Indeks Perkembangan minggu ke tiga Bulan Maret tahun 2024 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Secara historis, kelompok yang dominan memberi andil inflasi pada Ramadhan dan Idul Fitri hampir setiap tahunnya adalah kelompok makanan, kelompok minuman, kelompok tembakau dan kelompok transportasi.
Tomsi Tohir dalam arahannya mengharapkan kementerian dan lembaga terkait serta seluruh pemerintah daerah di haruskan dapat melakukan koordinasi di semua bidang, khususnya pada penyerapan gabah petani dengan harga yang sesuai. “Kita sangat berharap menjelang hari Raya Idul Fitri ini koordinasi harga pasar dapat selalu dilakukan, sehingga kenaikan -kenaikan bahan pokok dapat benar-benar teratasi,” ungkapnya.
Pj Gubernur NTB Drs H.Lalu Gita Ariadi M.Si usai kegiatan Rakor mengatakan, berdasarkan catatan statistik, angka inflasi tahunan NTB bulan Februari 2024 ( YoY ) sebesar 3,00 persen. Sedangkan angka inflasi bulan Februari 2024 (month to month) sebesar 0,09 persen. Untuk menekan inflasi di bulan Maret, sejumlah upaya sudah dan sedang dilakukan oleh pemprov NTB Bersama Tim Pengendalian Inflasi daerah (TPID).
“TPID tugasnya untuk memastikan barang kebutuhan masyarakat di dalam menjalankan hari besar keagamanaan. Dan ini memang panjang yaitu sebulan, dengan stok yang tersedia sedemikain banyak kemudian tetap dengan pengendalian harga. Itulah direktif dari Bapak Presiden dan Mendagri agar daerah konsisten memantau dan melaporkan perkembangan harga ini,” kata Gita Ariadi.
Menurut Gita, pekan-pekan sebelumnya harga beras cukup tinggi, namun seiring dengan tibanya musim panen raya di sentra-sentra produksi, sehingga terjadi keseimbangan harga beras di pasar. Beras sedang bergerak ke titik kenormalannya, sehingga masyarakat tidak merasa berat lagi membeli bahan pokok tersebut.
“Kemudian tentu tugas Bulog untuk mengamankan surplus pada saat produksi ini untuk mengantisipasi pada musim tanam berikut ini, akibat dampak dari El Nino yang kemarin, mudah-mudahan produksi sama baiknya. Sehingga target produksi 2024 tak perlu ada kerawanan,” ujarnya.
Pj Gubernur menembahkan, untuk pengendalian inflasi, terlebih menjelang Ramadhan, TPID Provinsi dan kabupaten/kota memperbanyak operasi pasar dan gerakan pasar murah dengan melibatkan mitra strategis terkait.
“Dengan operasi pasar dan gerakan pasar murah, mampu menjadi penetrasi saat harga beras merangkak naik. Kenaikan harga beras dipengaruhi isu ketersediaan stok beras yang terbatas. Namun seiring tibanya musim panen dan panen raya pada bulan Maret 2024, perlahan harga beras turun menuju normal” ujarnya.(ris)