Mataram (Suara NTB) – Perselisihan dua desa di Lombok, yaitu Desa Meninting, Lombok Barat dengan desa Rambitan, Lombok Tengah pada Jumat, 10 Mei 2024 lalu dinilai mempengaruhi laju wisata di daerah tersebut.
Diketahui bahwa di desa Meninting yang berada di utara Lombok Barat ini sangat terkenal dengan pariwisatanya, yaitu Senggigi. Aksi protes dan blokade jalan yang dilakukan warga Meninting di arah jalan menuju Senggigi pada Rabu, 15 Mei 2024 semakin memberikan dampak buruk bagi pariwisata.
Oleh karenanya, Kepala Dinas Pariwisata provinsi NTB, Jamaluddin, S.Sos, MT meminta kepada kedua belah pihak untuk bisa menyelesaikan konflik ini. “Dengan kejadian ini, kami, Dinas Pariwisata semoga hal-hal ini jangan terulang kembali, karena ini memberikan dampak negatif bagi tamu-tamu kita yang berniat kesini,” katanya pada Rabu, 15 Mei 2024.
Ia mengatakan bahwa pihaknya turut prihatin dengan kejadian tersebut, apalagi mengingat bahwa konflik terjadi di kawasan Pariwisata. Sehingga konflik ini dirasa bisa berdampak pada jumlah kunjungan wisata di Lombok.
“Kami dari pariwisata melihat yang terjadi ini merasa perihatin juga. Kita ini NTB sudah mulai bagus terkait dengan pariwisata, wisatawan mancanegara, nusantara lumayan banyak yang datang untuk ke Lombok ini untuk berwisata,” lanjutnya.
Jamal menambahkan bahwa dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisata, tentu akan berdampak pada perekonomian daerah, sehingga perlu untuk menghindari konflik-konflik antar daerah, apalagi sampai membawa senjata tajam. Hal tersebut hanya akan menyusahkan warga, juga membuat takut wisatawan untuk datang ke daerah terjadinya konflik.
“Tentu dengan banyaknya orang datang pasti akan berlaku perputaran ekonomi di tengah-tengah masyarakat kita, pelaku pariwisata, hotel, transportasi sampai yang paling bawah,” ujarnya.
Adapun untuk menghindari konflik seperti ini terjadi lagi di NTB, khususnya di Lombok, ia mengimbau untuk setiap masyarakat harus menghindari perkataan-perkataan yang dapat menyinggung satu sama lain, mengingat bahwa konflik ini terjadi karena ketersinggungan.
“Mudah-mudahan pemerintah desa, kecamatan, termasuk dengan aparat yang ada di tingkat kecamatan bisa menyelesaikan masalah yang menurut saya sepele karena terkait dengan perkataan, ketersinggungan. Menurut saya penting untuk kita beretika, sehingga kata-kata kita tidak menyinggung orang, mudah-mudahan ini yang terakahir terjadi di Lombok ini,” ujarnya. (era)