Mataram (Suara NTB) – Event-event internasional dapat menurunkan angka kemiskinan NTB. Sepanjang, event tersebut konsisten diselenggarakan. Diantara event-event internasional itu adalah event otomotif balap MotoGP dan Motorcross (MXGP). “Iya teorinya begitu (event bisa menekan kemiskinan). Tapi bukan hanya MXGP saja, tapi event-event berkelanjutan lainnya harus ada,” ungkap Pengamat Ekonomi dari Universitas Mataram, Dr. M. Firmansyah.
Sebagaimana diketahui, Lombok, tengah menyelenggarakan event internasional motorcross seri I dan II di Sirkuit MXGP eks Bandara Selaparang, Rembiga Kota Mataram. Tanggal 29 dan 30 Juni 2024, dan tanggal 6-7 Juli 2024. Rangkaian acara hiburannya juga berlangsung sejak seri I hingga selesainya seri II.
Penyelenggaraan MXGP tahun 2024 ini merupakan penyelenggaraan tahun kedua. Setelah tahun 2023 lalu juga diselenggarakan dua seri, di Sirkuit Samota Sumbawa, dan Sirkuit Selaparang. Selain itu, Sirkuit Mandalika juga kembali akan menjadi tuan rumah MotoGP pada September 2024 ini.
Firmansyah menegaskan, event-event internasional, apalagi yang dapat menghadirkan banyak orang ini akan berdampak positif bagi penyediaan lapangan pekerjaan dan usaha pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Kendati demikian, menurutnya setiap penyelenggaraan event-event keberlanjutan ini perlu dibuatkan aturan mainnya. Agar dampak positifnya bisa dirasakan oleh semua pihak yang terlibat, baik itu UMKM maupun pengusaha lokal lainnya. Tentunya keterlibatn kearifan lokal porsinya harus lebih besar. Karena tujuannya untuk menekan kemiskinan.
“Misalnya keterlibatan entitas bisnis lokal seperti apa, harus disiapkan dengan sangat matang. Dan keterlibatan kearifan lokal ini harus diatas 50 persen. Orangnya, maupun produknya,” kata Firman. Produk-produk yang dijual oleh UMKM misalnya, porsinya harus lebih besar produk lokal.
“Jangan kemudian jualannya mie instant, minuman gelas pabrikan, atau produk-produk yang didatangkan dari luar. Harus produk yang dijual adalah produk lokal sendiri, yang dibuat UMKM. itu baru dampaknya besar terhadap kemiskinan,” tambahnya.
Lanjut Firman, pemerintah menyiapkan program program untuk mengentas kemiskinan. Misalnya, intervensi hanya jangka pendek, seperti memberikan bantuan sosial (bansos), menekan angka inflasi dan pemberian bantuan fasilitas lainnya. “Tapi belum ada lahan pekerjaan tetap buat masyarakat. Kalau event internasional terus ada, saya yakin tidak akan bisa signifikan perubahan kemiskinan kita, balik lagi penyedian lapangan, akomodasi, transportasi, dan usaha kerakyatan,” terangnya.
“Setidaknya dengan adanya event yang rutin, kita datangkan orang, supaya orang bisa bekerja, bisa berjualan. Ini salah satu upaya yang mampu menekan angka kemiskinan,” tambahnya. Ia memberi contoh salah satu event besar dan berkelanjutan, yaitu Festival Bunga Banyuwangi yang dilaksanakan hingga 99 kali setahun.
Event tersebut sederhana, tapi konsisten dilakukan dan dapat mendatangkan banyak orang ke Banyuwangi. Dampaknya, tamu yang datang membutuhkan makan, transportasi, tempat menginap. Sehingga dampaknya sangat besar. Karena itu, menurutnya, NTB bisa melakukan hal yang sama. Konsisten menyelenggarakan event.
Untuk diketahui, persentase penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 12,91 persen, menurun 0,94 persen poin terhadap Maret 2023 dan menurun 0,91 persen poin terhadap September 2022. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 709,01 ribu orang, atau berkurang 42,22 ribu orang terhadap Maret 2023 dan berkurang 35,68 ribu orang terhadap September 2022. (bul)