spot_img
Minggu, Februari 23, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK BARAT106 Hektar Tanaman Padi di Lobar Puso

106 Hektar Tanaman Padi di Lobar Puso

Giri Menang (Suara NTB) – Sekitar 106 hektar lahan tanaman padi milik petani di Lombok Barat terkena puso. Ratusan hektar padi ini tersebar di beberapa kecamatan di antaranya Kuripan, Lembar, Sekotong. Dari 106 hektar tersebut  terdapat 56 hektar mendapat bantuan melalui asuransi usaha tani sedangkan sisanya 50 hektar lagi tidak mendapatkan asuransi.

Kepala Dinas Pertanian Lobar, Damayanti Widyaningrum mengatakan dampak kekeringan yang melanda daerah Lobar, terjadi puso di sejumlah Daerah. Seperti di wilayah Sekotong, Lembar dan Kuripan. Para petani gagal panen karena kekeringan tersebut.

Dari luas lahan pertanian yang terdampak kekeringan seluas 106 hektar, sudah proses klaim asuransi usaha tani 57 hektar. Daerah banyak klaim asuransi tersebut di wilayah Kuripan.

“106 sudah puso (gagal panen), yang dibantu melalui asuransi usaha tani, itu ada sekitar 56 hektar,”sebut Damayanti, kemarin. Daerah yang banyak tak mendapat asuransi di Kuripan mencapai 50 hektar, sehingga petani pun merugi. Kalau dihitung kerugian per hektar Rp7 juta (biaya produksi) kemudian dikalikan 50 hektar, maka kerugiannya Rp350 jutaan.

Menurutnya hal ini sekaligus menjadi pelajaran bagi petani di Lobar, terutama yang ada di wilayah gagal panen akibat kekeringan, harus ikut asuransi usaha tani tersebut. Sebab diakui sejauh ini belum banyak petani yang ikut asuransi tersebut. “Kita terus imbau petani ikut asuransi, karena sangat bermanfaat,’’ ujarnya. Pihaknya lebih gencar sosialisasi ke warga melalui petugas penyuluh. Karena bayarnya murah, Rp36 ribu per musim tanam per hektar. “Tapi ketika terjadi gagal, kembali diganti semua biaya yang dikeluarkan petani,” imbuhnya.

Di samping itu, pihaknya juga sudah melakukan upaya penanganan melalui pompanisasi. Namun diakui pompanisasi lahan pertanian ini terkendala sumber air yang disedot yang tidak ada di wilayah tersebut, karena lahannya tadah hujan. Pihaknya pun akan mencoba untuk antisipasi tahun-tahun kedepan dengan membangun sumur bor dan irigasi tanah dangkal.

Sehingga nanti ketika kekeringan, bisa ambil air dari sumur bor tersebut menggunakan pompa.”Kita akan bangun sumur bor dan irigasi tanah dangkal, begitu kering kita ambil air dari sana untuk airi sawah,” ujarnya.  Sementara petani di wilayah Dusun Gumesa Desa Giri Tembesi Kecamatan Gerung, mengaku bahwa di daerahnya ada sekitar 30 hektar lahan padi yang gagal tumbuh akibat kekeringan. “Ada sekitar 30 hektar kalau di dusun kami,” katanya.

Kalau bicara skup desa, maka luas lahan terdampak lebih luas lagi, bisa mencapai 100 hektar. Pada musim tanam 1, tanaman padi petani bisa panen. Pada musim tanam kedua, padi hasil semai tidak bisa ditanam. Sehingga petani pun gagal tanam. Tidak saja padi, tanaman jagung pun terpaksa disambit oleh petani untuk pakan ternak. “Terpaksa disabit, karena kalau tidak maka tidak bisa hidup karena tidak ada air,”ujarnya. Berhubung daerah ini tadah hujan, maka petani berharap agar dibantu program sumur bor. “Kami butuh Sumur bor,” harap Wayan Suarjana. (her)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -





VIDEO