spot_img
Minggu, Juni 22, 2025
spot_img
BerandaEKONOMILalu Nasib Dinilai Pantas Dapat Gelar Doktor

Lalu Nasib Dinilai Pantas Dapat Gelar Doktor

Mataram (Suara NTB) – Lalu Nasib AR merupakan tokoh sasak yang telah mendedikasikan dirinya sebagai dalang sasak sekaligus budayawan selama hampir 60 tahun. Berawal dari kegemarannya menonton wayang, ia akhirnya memutuskan memilih menjadi seorang dalang sejak tahun 1965.

Salah satu budayawan sekaligus Filolog asal Lombok Timur, Hazairin R. Junep mengungkapkan, sosok Lalu Nasib adalah satu-satunya tokoh sasak yang menguasai sembilan kitab kuno tentang wayang dalam bahasa Kawi. Yang mana kitab tersebut berasal dari Jawa dengan sebutan Wayang Menag, setelah masuk ke Lombok bernama Wayang Sasak pada zaman Majapahit yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat setempat. Sehingga, ia menyebut Lalu Nasib sebagai tokoh yang memiliki peran besar dalam membangun karakter bangsa lombok melalui peran ia yang kuasai. “Saya yakin di Lombok atau Indonesia sudah langka sekali orang menguasai 9 kitab itu,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, setidaknya para generasi muda, pun akademisi mampu mengambil ilmu yang dimiliki Lalu Nasib untuk dijadikan sebagai referensi yang menyangkut tentang budaya lombok itu sendiri.

Ia mencontohkan tentang seorang tukang becak di Jawa dan Sumatera yang ahli di bidang musik, kemudian diangkat menjadi pengajar pada Institut Kesenian. Begitu pula dengan Lalu Nasib yang mempunyai kesempatan yang sama karena memiliki kemampuan yang sangat hebat di semua bidang, yaitu seorang penulis, pembicara, dan ahli filsafat lokal.

“Beliau adalah orang yang sangat pantas untuk diberi gelar Doktor di bidang filologi, bidang ilmu bahasa, dan ilmu tentang dokumen-dokumen kuno,” tegasnya.

Hazairin menceritakan bagaimana sosok Lalu Nasib dikenal oleh orang asing dan dijadikan sebagai rujukan-rujukan kebudayaan nasional mau pun internasional. Lebih dari itu, ia adalah sosok budayawan yang membangun karakter masyarakat Lombok melalui karya-karyanya, yang sifatnya tidak hanya menghibur, juga mendidik masyarakat untuk mengerti tentang identitas dan karakternya sebagai orang lombok.

“Saya sering ketemu dengan profesor-profesor di Jawa yang umurnya 85 sampai 86 tahun, dan mereka semua punya akses kemana mana dan dibutukan oleh perguruan tinggi, serta diambil informasi dari mereka. Mereka dikumpulkan oleh akademisi dan pemikirannya tersimpan di Universitas,” jelasnya.

Melalui hal-hal demikian Hazairin berharap, baik akademisi dan stake holder lainnya mampu menyelamatkan yang ia sebut “harta karun” tersebut selagi masih bisa. “Jadi cobalah mari kita selamatkan warisan dari beliau bahwa kita punya suatu kebudayaan atau peradaban yang tidak kalah dengan Jawa,” ungkapnya. (ulf)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -










VIDEO