Mataram (Suara NTB) – Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki pabrik gula terbesar di Indonesia Timur. PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS) yang sudah ada di Dompu sejak tahun 2016. Meski demikian, tebu bukanlah komoditas unggulan di provinsi ini.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) provinsi NTB, M. Taufieq Hidayat mengatakan petani masih enggan menanam tebu akibat dari harga jual komoditas ini yang masih rendah. Sehingga, petani memilih untuk menanam komoditas lain yang memberikan keuntungan lebih bagi mereka.
Meski telah disediakan lahan khusus perkebunan tebu seluas 3000 hektare. Namun, petani malah mengisi lahan tersebut dengan komoditas lain, seperti jagung.
“Di situ (perkebunan tebu, red) kan masih banyak yang belum tertanam lahannya, jadinya tertanam dengan komoditi lain. Artinya petani menanam komoditi lain karena harga jualnya masih kecil,” ujarnya.
Menurutnya, jika harga tebu mengalami kenaikan atau terjadi kestabilan harga pada komoditas ini, pasti petani akan berupaya untuk menanam dan menjadikan NTB sebagai daerah penghasil tebu tertinggi.
“Jadi kita butuh kepastian harga, dan komoditi lain juga rata-rata, kalau kita proyeksikan lahan khusus tebu, apa insentif petani kalau menanam tebu, apakah ada jaminan keuntungan, apa biaya meningkat,” lanjutnya.
Karena produksi tebu di NTB tidak begitu tinggi, Taufieq mengatakan pabrik SMS bisa mengimpor tebu dari mana saja, asalkan kebutuhan industrinya terpenuhi. Yang pasti, petani masih enggan untuk menanam tebu karena harga komoditi ini dinilai masih rendah.
Ia menjelaskan, karena kapasitas tebu PT SMS sangat tinggi, biasanya, mereka mengimpor gula setengah jadi, kemudian dilanjutkan pengolahannya di NTB. Menurutnya, itu tidak menjadi masalah karena memang petani yang enggan menggarap lahan tebu ini.
Adapun jika pabrik menginginkan tebu lokal dan memberikan jaminan harga kepada petani. NTB masih memiliki lahan sekitar 50 hektare untuk ditanami komoditi ini. Pun Pemerintah Provinsi NTB juga siap mendukung pengembangan pengelolaan tebu oleh petani.
“Kita punya kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PPB), artinya, ada sekitar 50 ribu hectare yang masih belum dikembangkan. Dengan kapasitas mesin pabrik gula yang besar itu, masih potensi kita kembangkan tebu itu,” imbuhnya. (era)