Mataram (Suara NTB) – Pemprov NTB kembali mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi yang berlangsung secara hibrid dari Gedung Sasana Bhakti Praja Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, Selasa, 3 September 2024. Rapat dipimpin oleh Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Yusharto Huntoyungo.
Sementara Pj Gubernur NTB Hassanudin diwakili oleh Asisten II Setda Provinsi NTB Dr H Fathul Gani yang diikuti juga oleh Kepala Biro Perekonomian Setda NTB H. Wirajaya Kusuma, MH, Kepala Dinas Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB Abdul Azis dan diikuti oleh sejumlah staf dari OPD yang lainnya. Mereka mengikuti Rakor secara daring di Pendopo Timur Gubernur NTB.
Dalam kesempatan tersebut dibahas terkait inflasi tahunan Indonesia pada Agustus 2024 yang tercatat sebesar 2,12 persen secara tahunan (Y-o-Y) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,06. Inflasi tahunan Agustus 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,13 persen (yoy), dan di periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 3,27 persen (yoy).
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan utamanya didorong oleh makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi 3,39 persen serta menyumbang 0,96 persen terhadap inflasi tahunan Agustus 2024.
Kepala Biro Perekonomian Setda NTB H. Wirajaya Kusuma, MH usai kegiatan Rakor mengatakan, di tingkat Provinsi, inflasi terendah berdasarkan pemaparan BPS terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 1,02 persen. Sementara yang tertinggi terjadi di Provinsi Papua Pegunungan sebesar 5,05 persen. Adapun Provinsi NTB menempati urutan ke-21 dengan inflasi sebesar 2,01 persen.
“Inflasi kita di Agustus 2,01 persen, artinya masih terkendali, kita masih di bawah nasional. Kalau komoditas rata-rata deflasi malah,” kata Wirajaya Kusuma kepada Suara NTB, Selasa, 3 September 2024.
Wirajaya mengatakan, terkendalinya inflasi Provinsi NTB salah satunya merupakan buah dari gerakan menanam cabai dan lainnya. Harga cabai pernah melambung tinggi dan menyumbang inflasi di daerah, namun kini stok cabai tersedia dengan baik.
Di kabupaten/kota di NTB juga ada program memanfaatkan optimalisasi pekarangan. Misalnya di Kota Mataram, di setiap kelurahan terdapat Kelompok Wanita Tani yang menyebarkan informasi dan menjadi agen perubahan untuk merubah perilaku masyarakat agar memanfaatkan pekarangan untuk tanaman sayur dan apotek hidup.
“Kita juga telah minta teman-teman TPID dari Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan lainnya bisa optimal dalam mendorong program kegiatannya yang langsung menyentuh masyarakat terutama dalam hal menjamin produksi holtikultura di masyarakat,” katanya.
Ia mengatakan, menjadi sangat penting pisau analisis yang diterapkan untuk mempertahankan pengendalian inflasi daerah yaitu dengan penerapan strategi 4 K meliputi ketersediaan stok, kelancaran distribusi rantai pasok, keterjangkauan harga dan komunikasi yang efektif.
“Sehingga kita harapkan kedepan angka inflasi di NTB tetap terkendali sesuai dengan target nasional yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen,” katanya.
Sebelumnya, Kepala BPS NTB Wahyudin MM mengatakan, terjadi inflasi tahunan (y-on-y) Provinsi NTB sebesar 2,01 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,77. Adpun tingkat inflasi secara bulanan (m-to-m) Provinsi NTB bulan Agustus 2024 sebesar 0,06 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) di bulan Agustus 2024 sebesar 0,08 persen.
Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,71 persen, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,74 persen.
Kemudian kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,18 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,10 persen serta sejumlah kelompok penyumbang lainnya.
Pada Agustus 2024, seluruh wilayah IHK di Provinsi NTB yang berjumlah tiga kabupaten/kota mengalami inflasi y-on-y. Inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Kota Mataram sebesar 2,45 persen dengan IHK sebesar 105,89 dan terendah terjadi di Kabupaten Sumbawa sebesar 1,34 persen dengan IHK sebesar 105,68.
Jika dilihat dari grafik inflasi Y-o-Y dari Januari sampai Agustus, terlihat angka inflasi di NTB yang cenderung fluktuatif, namun menurun. Misalnya di Januari, inflasi Y-o-Y sebesar 2,87 persen, Februari 3 persen, Maret 3,63 persen, April 3,31 persen, Mei sebesar 2,77 persen, Juni sebesar 2,12 persen, Juli 1,91 persen dan inflasi di bulan Agustus 2024 sebesar 2,01 persen.(ris)