spot_img
Minggu, September 8, 2024
spot_img
BerandaNTB82 Bencana Landa NTB Periode Januari – Agustus, Karhutla Perlu Tetap Diwaspadai

82 Bencana Landa NTB Periode Januari – Agustus, Karhutla Perlu Tetap Diwaspadai

Mataram (Suara NTB) – Pada periode 1 Januari – 31 Agustus 2024 telah terjadi bencana alam sebanyak 82 kejadian di wilayah NTB. Dari jumlah tersebut, bencana yang paling sering terjadi yaitu bencana banjir atau banjir bandang dengan 26 kejadian, kemudian cuaca ekstrem atau angin puting beliung sebanyak 28 kejadian.

Selanjutnya peristiwa tanah longsor sebanyak tujuh kejadian, gempa bumi dua kejadian, kekeringan sembilan kejadian di kabupaten/kota terdampak, kebakaran hutan dan lahan enam kejadian dan gelombang pasang/rob empat kejadian.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Ahmadi mengatakan, dampak bencana alam selama Januari – Agustus yaitu 31 ribu jiwa terdampak, 17 luka-luka, 142 rumah rusak, tiga unit fasilitas publik, 12 hektare hutan dan 65,5 hektare sawah.

“10 kabupaten/kota di NTB tercatat memiliki bencana, mulai dari banjir, puting beliung, kekeirngan, karhutla dan lainnya,” kata Ahmadi dalam keterangannya kemarin.

Dalam pernyataan sebelumnya, Ahmadi menerangkan di musim kemarau seperti sekarang, kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) cukup rentan terjadi di sejumlah wilayah di Provinsi NTB. Untuk mencegah kasus kebakaran hutan dan lahan, pembukaan lahan pertanian agar jangan menggunakan sistem pembakaran lahan. Sebab hal itu rentan menyebabkan kebakaran di lahan yang lebih luas.

“Perlu diwaspadai pembukaan lahan menggunakan api untuk kawasan-kawasan yang dekat dengan pertanian atau perladangan,” ujanya.

Kemudian hutan dan lahan yang di dalamnya terdapat destinasi wisata agar betul-betul diperhatikan terkait dengan aktivitas pengungjung yang menggunakan api. Sebab masalah kecil seperti membuang puntung rokok bisa menyulut kebakaran dan merugikan banyak orang.

Ahmadi mengatakan, kasus karhutla bisa disebabkan oleh aktivitas manusia dan oleh alam. Oleh karena itu, aktivitas manusia yang menggunakan api di lahan hutan dan perkebunan agar menjadi kewaspadaan bersama.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa potensi kekeringan di wilayah NTB makin meluas. Pada dasarian I September 2024 yaitu dari tanggal 1-10 September, potensi hujan di wilayah NTB sangat rendah.

Prakirawan BMKG Nusa Tenggara Barat Yuhanna Maurits mengatakan, potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di atas 20mm/dasarian terjadi di sebagian besar wilayah NTB. Berdasarkan monitoring, analisis dan prediksi curah hujan dasarian, terdapat indikasi kekeringan meteorologis atau iklim sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan dengan potensi Waspada, Siaga dan Awas yang terjadi di daerah.

Terdapat 25 kecamatan di NTB yang masuk dalam level Waspada kekeringan meteorologis. Diantaranya di Kecamatan Batu Layar, Gerung, Kediri, dan Lembar di Lombok Barat. Kemudian di Lombok Tengah terdapat di Kecamatan Janapria, Praya, dan Praya Tengah. Begitu juga di Kabupaten Lombok Timur sejumlah daerah masuk dalam kekeringan meteorologis level Waspada seperti Keca Aikmel, Labuhan Haji, Sakra Barat, Sambelia, Sembalun dan lainnya.

Kemudian Level Siaga kekeringan meterologis terdapat di 10 wilayah yang meliputi Kecamatan Pajo Dompu, Kecamatan Soromandi dan Tambora di Kabupaten Bima, Kecamatan Mataram Kota Mataram, Kecamatan Sekotong Lombok Barat, Kecamatan Pujut Lombok Tengah, Kecamatan Jerowaru dan Pringgabaya Lombok Timur, Kecamatan Moyo Hulu di Sumbawa serta dan Kecamatan Maluk di Sumbawa Barat.

Sedangkan Level Awas kekeringan meteorologis terdapat di Kecamatan Swela Lombok Timur, kemudian Kecamatan Belo, Palibelo, Sape di Kabupaten Bima.

Saat ini seluruh wilayah NTB masih dalam periode musim kemarau. Sehingga masyarakat NTB dihimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.(ris)



RELATED ARTICLES
- Advertisment -




Most Popular

Recent Comments