spot_img
Senin, Oktober 14, 2024
spot_img
BerandaNTBLOMBOK TIMURBudidaya Maggot, Sampah Bukanlah Masalah, Tapi Bisa Jadi Rupiah

Budidaya Maggot, Sampah Bukanlah Masalah, Tapi Bisa Jadi Rupiah

Lalu Hariyadi, pembudidaya maggot asal Desa Kilang Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur (Lotim) membuktikan persoalan sampah bukanlah masalah. Sebaliknya, sampah di tangan Camat Terara ini bisa jadi rupiah.

MIQ ADI, sapaan akrab Lalu Hariyadi ini menuturkan ia memulai kegiatan budidaya maggot sejak satu tahun terakhir. Mengawali usahanya ini, ia bergelut dengan sampah yang notabenenya sebagian besar orang membuangnya. Sampah limbah rumah tangga yang sudah pasti bau.

Tidak jarang, Miq Adi ini membawa sampah buah dari pasar. Limbah orang-orang yang sudah selesai hajatan. Tidak sedikit juga orang sengaja memberikan limbah dapurnya ke rumah Miq Adi.

Kini, aktivitas budidaya maggot Miq Adi ini sudah bisa melahirkan miliaran larva maggot yang dihasilkan dari lalat hitam. Lalat ini dikatakan bukan sembarang lalat. Lalat itu lebih dikenal dengan nama Black Solder Fly (BSF). Lalat ini katanya bukanlah lalat hama. Lalat ini juga tidaklah berbahaya. Sebaliknya telur lalat hingga selongsong lalat bisa jadi pupuk organik. “Tidak ada yang terbuang dari BSF ini,” terangnya.

Maggot kini menjadi menu makanan spesial dari semua jenis ternak burung. Makanan favorit dan bergizi dari ikan dan ternak lainnya. Telur maggot ini laku terjual Rp5 ribu sampai Rp9 ribu per gram.

Hasil budidaya maggot yang dihasilkan Miq Adi saat ini sudah bisa memproduksi telur 75 gram per hari. Larva satu klaster bisa 500-700 ekor.

Miq Adi mengaku ia menggeluti budidaya maggot itu karena alasan keterbatasan pakan ternak. Dikatakan, sekarang ini yang jadi faktor pembatas itu pakan. Kalau masyakarat petani peternak dengan bersandar toko, maka toko-toko pakan yang kaya.

Padahal, sambungnya, masyarakat sendiri bisa sebenarnya menghasilkan pakan sendiri. Camat Terara ini ingin mencoba memberikan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat budidaya maggot ini. Ketika memiliki ternak ayam misalnya, sebenarnya tidak perlu pusing mencari pakan karena bisa diberikan dengan maggot.

Sejumlah pemelihara burung saat ini menganggap maggot sebagai pakan mahal. Termasuk untuk pecinta murai. Burung dengan suara indah itu tidak harus diberian jangkrik, tapi dari maggot pun sangat bisa untuk menjaga kualitas suaranya.

Dikatakan lagi, pakan buatan pasti mahal. Tapi kalau masyarakat bisa melakukan budidaya maggot sendiri, maka akan jauh lebih menguntungkan.

Guna mengembangkan usaha budidaya maggotnya, Miq Adi mengatakan akan coba mengemasnya menjadi lebih menarik. Jadikan kemasan kualitas ekspor. Harganya pun lebih mahal, Rp 38 ribu/ 180 gram. “Itu dalam bentuk maggot yang sudah disangrai,” imbuhnya.

Katanya, Maggot sekarang ini telah jadi pakan mewah. Bahkan di beberapa negara telah menjadikan maggot untuk konsumsi. Yakni dibikin keripik maggot. Untuk di Lotim, maggot bisa tetap menjadi pilihan tepat untuk mengatasi kesulitan pakan bagi para peternak. (rus)

IKLAN

spot_img
spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO