Giri Menang (Suara NTB) – Kejadian kebakaran lahan dan krisis air dampak kekeringan di Lombok Barat (Lobar) meningkat hingga mendekati penghujung tahun ini. Kebakaran lahan mencapai 13 kasus hingga bulan ini. Sementara penanganan kekeringan meningkat. Hampir tiap pekan didroping 4 tangki air kapasitas 5.000 liter per tangki.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Lobar H. M. Syahlan mengatakan kasus kebakaran lahan terus bertambah. “Sebelumnya ada 11 kasus, bertambah jadi 13,”kata Syahlan, kemarin.
Kebakaran lahan tahun ini cukup tinggi. Hal ini sebabkan situasi dan kondisi cuaca, di mana berdasarkan informasi perkiraan BMKG bahwa Lobar dan sebagian besar wilayah Lombok lainnya masuk zona merah, artinya sangat kering dan mudah terbakar. “Zona merah artinya, sangat kering dan mudah terbakar,” jelasnya.
Kondisi daerah yang memiliki hutan atau pohon, sudah banyak kering dan tandus karena cuaca, sehingga kalau disulut api sedikit saja akan mudah terbakar. Selain kebakaran lahan, krisis air juga meluas. Pihaknya memperluas daerah sasaran droping. “Daerah yang kita droping air bertambah,” ujarnya. Mulai dari selatan seperti Kecamatan Sekotong seperti Pandanan.
Kemudian di Kecamatan Lembar, tambahan lokasi yang disasar droping air, seperti Dusun Kambeng Timur dan Kambeng Barat Desa Sekotong Timur. Selain itu di wilayah Kuripan dan wilayah Gunungsari juga butuh perhatian terkait air bersih.
Sedangkan ada juga wilayah yang rutin didrop air yakni Desa Labuan Tereng, Kecamatan Lembar. Dengan penambahan sasaran tersebut, dalam sepakan pihaknya mendroping air ke wilayah terdampak kekeringan hingga enam tangki air. Dimana per tangki kapasitasnya 5.000 liter.
Ia menambahkan, terkait anggaran penanganan kekeringan, pihaknya telah diberikan anggaran untuk BBM dan makan minum personel yang turun menyalurkan air. “Alhamdulillah sudah diberikan anggaran untuk BBM dan makan minum personel,”ujarnya. (her)
