Mataram (Suara NTB) – Perhimpunan Peternak Unggas Rakyat (Petarung) NTB resah lantaran masih saja daging dan telur ayam masuk ke NTB secara illegal. Keresahan ini sudah sejak lama disampaikan kepada pemerintah daerah, atau pihak terkait, namun belum ada penanganan serius.
Jika tidak ada tindakan, maka akan memberikan dampak kepada pengusaha kecil daging dan telur ayam di NTB. Karena mereka harus bersaing dengan pengusaha besar dari luar yang mensuplai daging dan telur ayam ke NTB.
“Yang ilegal masih bisa masuk, mau daging atau telur itu masuk, sudah capek kita urus, ada oknum yang bermain. Peternak unggas lokal yang ketar ketir,” kata Ketua Petarung NTB, Ervin Tanaka, Selasa, 15 Oktober 2024.
Ayam dan telur yang masuk dikatakan illegal ini, lanjut Ervin, diduga tidak dilengkapi seluruh dokumen untuk memasukkannya ke NTB. Seharusnya, setiap memasukkan daging ayam atau telur, sejumlah dokumen yang harus dipenuhi diantaranya NKV atau Nomor Kontrol Veteriner sebagai sertifikat yang menjamin bahwa persyaratan hygiene sanitasi untuk keamanan pangan asal hewan telah dipenuhi. Ditambah dokumen – dokumen pendukung lainnya.
“Kami ada jaringan yang memberitahukan soal masuknya telur dan daging ayam illegal ini. Ini sangat meresahkan, dan sangat mengganggu. Dampaknya, daya jual disini kurang, karena bisa jadi over suplai. Karena banyaknya stok. Peternak unggas yang kecil-kecil ini yang bakal menjadi korban,” terangnya.
“Sudah dilaporkan ke Disnakeswan, bahkan sampai ke gubernur. Tapi belum ada langkah-langkah konkrit untuk mengendalikannya,” katanya.
Saat ini jumlah anggota Petarung NTB sekitar 80-an pengusaha. Dengan estimasi populasi unggas sekitar 1 juta ekor. Jika dihitung dari populasi ini sekitar 80 persen yang berproduksi (bertelur), maka total produksi bisa 700 ribu, hingga 800 butir bisa dihasilkan. Belum termasuk produksi telur peternak-peternak unggas yang tidak menjadi anggota Petarung yang jumlahnya juga cukup banyak.
Sementara kebutuhan pasar Sedangkan kebutuhan pasar sekitar 3 juta burit. Ervin mengatakan, sebenarnya kebutuhan di dalam daerah dapat dipenuhi sendiri oleh produksi peternak lokal.
“Cukup sebenarnya, karena peternak yang tidak ikut di Petarung cukup banyak. Kami berharap, agar masuknya telur dan ayam dari luar NTB ini terkoordinasi dengan baik. Jangan sampai over suplai saja,” pungkasnya. (bul)