Mataram (Suara NTB) – Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, Muhammad Taufieq Hidayat mengakui bahwa ada sekitar 200 hektare lahan petani di NTB yang mengalami gagal panen akibat kekeringan di tahun 2024 ini. Namun, Distanbun NTB berhasil melakukam mitigasi melalui sejumlah kebijakan.
“Gagal panen sekitar 1,62 persen, sekitar 1.400 ton, kalau dikonversi dari luas tanam kita yaa sekitar 200 hektare,” ujarnya kepada Suara NTB.
Meski demikian, ujar Taufieq, saat ini kebutuhan pangan NTB sudah sangat cukup. Yang mana di musim panen ketiga ini petani NTB sudah panen sekitar 1,262 juta ton gabah kering giling. Dan dikatakan mampu mencapai target nasional yaitu 1,40 juta ton di tahun 2024 ini.
“Di luas areal panen kita sebesar 242 ribu hektare, sementara kebutuhan kita dalam daerah kalau tidak semua padi keluar, kebutuhan kita setara 962 ribu ton gabah kering giling,” lanjutnya.
Meski ada beberapa hektare lahan petani alami gagal panen, Taufieq menjelaskan bahwa NTB mendapatkan tambahan areal tanam seluas 54 ribu hektare, dan sudah dimanfaatkan seluas 37 ribu hektare.
Pun dengan adanya bantuan pompanisasi dan irigasi perpompaan, hasil panen NTB dikatakan meningkat untuk tahun ini. “Meski ada gagal panen, ada perluasan areal tanam kita, ada intensifikasi pompanisasi, ada peningkatan produktivitas. Sehingga kekeringan meluas tidak berdampak signifikan terhadap produksi kita,” jelasnya.
Meski NTB masih berada di puncak kekeringan, Taufieq mengaku tidak khawatir dengan hasil panen petani. Pasalnya, dengan adanya bantuan pompanisasi dan penambahan areal tanam dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Yang mana awalnya petani hanya bisa panen padi dua kali, kini bisa tiga hingga empat kali.
“Memang kita berdampak meluas kekeringan, tapi bisa diantisipasi dengan mitigasi Pompanisasi. Sehingga mencatat kita per September sudah 1,262 juta ton produksi kita,” pungkasnya. (era)
Foto 2
(Suara NTB/ist)
Aktivitas panen petani di NTB.