Mataram (Suara NTB) – Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) NTB mengeluarkan hasil survei terkait kepemimpinan daerah tahun 2024 untuk Kabupaten Lombok Tengah. Dalam survei tersebut Fitra NTB memotret sejumlah isu-isu krusial dalam perhelatan Pilkada serentak 2024.
Salah satu isu krusial yang dipotret Fitra NTB dalam survei tersebut yakni potensi politik uang dalam perhelatan Pilkada serentak 2024. Khususnya di Kabupaten Lombok Tengah. Dimana temuan Fitra NTB, potensi politik uang relatif tinggi.
Direktur Fitra NTB, Ramli Ernanda dalam keterangan persnya menyampaikan,
survei yang dilakukan pihaknya tersebut untuk memetakan isu-isu prioritas yang harus ditangani oleh para kandidat jika terpilih. Kemudian, mengukur preferensi politik masyarakat, serta mengidentifikasi potensi risiko vote buying dalam Pilkada Serentak 2024.
“Iya survei ini sejatinya memang untuk mengetahui tingkat kerawanan politik uang di Pilkada serentak 2024. Bukan untuk survei politik karena kami bukan lembaga survei yang terdaftar di KPU,” ujar Ramli pada Minggu, 17 November 2024.
Disampaikan Ramli, temuan dalam surveinya, kecenderungan bentuk vote buying (beli suara) yang paling tinggi di Lombok Tengah berdasarkan permintaan (demand) pemilih pada Pilkada Serentak 2024 ini adalah dalam bentuk pemberian uang sebesar 6,25 persen. Kemudian, secara berturut-turut, sembako sebesar 2,25 persen, barang untuk kelompok 0,5 persen, dan pakaian 0,25 persen.
Berdasarkan wilayah, kecamatan paling berisiko terjadinya vote buying secara berurut antara lain Kecamatan Pujut 50,0 persen Praya Timur 23,3 persen, Pringgarata 16,7 persen, dan Batukliang 16,7 persen.
Sedangkan, kelompok paling berisiko sebagai sasaran vote buying adalah pemilih dengan tingkat pendidikan tingkat SD sebesar 53,3 persen, kelompok pekerja informal 56,7 persen, dan ibu rumah tangga 30 persen. Kemudian, pemilih dengan tingkat pendapatan di bawah Rp 1 juta 90 persen, paparnya.
Dijelaskan Ramli bahwa survei Fitra NTB tersebut menggunakan metode multi-stage random sampling dengan margin of error (batas kesalahan) sebesar 5 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei ini melibatkan 400 responden yang merupakan penduduk Lombok Tengah berusia 17 tahun ke atas atau yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilukada 2024.
Selain pemetaan isu-isu setrategis, dalam survei tersebut Fitra NTB juga menunjukkan tingkat elektabilitas kandidat pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB tahun 2024 di wilayah Kabupaten Lombok Tengah.
Hasilnya paslon nomor urut 2, Zulkieflimansyah – Suhaili FT (Zul-Uhel) unggul jauh dari dua kompetitornya.
Tingkatkan elektabilitas pasangan Zul-Uhel mencapai angka 59 persen di Kabupaten Lombok Tengah. Kemudian disusul oleh pasangan nomor urut 3, Lalu Muhamad Iqbal – Indah Damayanti Putri (Iqbal-Dinda) dengan elektabilitas 29 persen. Sedang paslon nomor urut 1, Siti Rohmi Djalilah-Musyafirin (Rohmi-Firin) hanya mendapatkan dukungan sebesar 7,8 persen.
“Ini in line menunjukkan strategi tandem bekerja efektif, serta masih kuatnya Suhaili effect di Lombok Tengah,” ujar Ramli. Sementara pemilih yang belum menentukan pilihan sebesar 5 persen.
Ramli menegaskan hasil survei ini memberikan gambaran jelas mengenai preferensi politik masyarakat Lombok Tengah sekaligus isu-isu penting yang perlu menjadi perhatian para kandidat jika terpilih.
Selain itu, temuan ini diharapkan dapat membantu menciptakan plkada yang bersih dan bebas dari praktik kecurangan seperti vote buying.
“Proses pengumpulan data berlangsung pada 9-12 November 2024 melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner online melalui platform Kobotoolbox. Validasi data dilakukan dengan mencocokkan hasil survei menggunakan geolokasi, foto selfie surveyor dengan responden,” pungkasnya. (ndi)