Mataram (Suara NTB) – Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi menyebutkan, sebanyak 87.100 warga NTB masih berstatus menganggur. Meski angka ini cukup tinggi, ia mengatakan angka pengangguran di provinsi ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya.
“Jumlah pengangguran 87.100, tapi dalam dua tahun terakhir terus terjadi penurunan,” ujarnya kepada Suara NTB, Minggu, 24 November 2024.
Gede menyatakan, meski angkatan kerja di NTB terus bertambah. Namun, pengangguran di daerah ini terus menurun. Diketahui, selama kurun waktu satu tahun, angka pengangguran di NTB sebanyak 2,80 persen menjadi 2,73 persen.
Menurutnya, penurunan angka pengangguran ini karena adanya penyerapan dari berbagai sektor yang ada di NTB. Selain itu, Disnakertrans NTB juga rutin melakukan bursa kerja khusus, pembinaan, job fair, hingga magang mandiri kepada pekerja lulusan SMK dan vokasi.
Ia mengungkapkan, jumlah penurunan pengangguran tertinggi merupakan lulusan SMK. Penurunan ini hampir menyentuh angka 50 persen. Yang mana dua tahun lalu disebutkan lulusan SMK yang menganggur sebanyak 8,26 persen, sekarang menjadi 4,73 persen.
“Dua tahun terakhir saya rutin melakukan bursa kerja khusus SMK dan lembaga pendidikan advokasi tinggi. Tiap bulan saya melakukan pembinaan, job fair, ada magang, magang mandiri. Magang ini begitu selesai sekian persen diserap oleh perusahaan menjadi tenaga kerja,” ungkapnya.
Disebutkan oleh Gede, penyerapan tenaga kerja terbesar di NTB diserap sektor pertanian, disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, kontruksi, dan industri pengolahan. Namun akhir-akhir ini, penyerapan banyak dilakukan oleh sektor kontruksi.
Sementara itu, sektor pertambangan tidak menyerap banyak pekerja. Menurut Gede, meski tambang membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi penyerapan tenaga kerja hanya sedikit. “Tambang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi 78 persen. Tapi penyerapan tenaga kerja hanya 16 persen,” katanya.
Untuk terus menekan angka pengangguran di NTB, Gede menyatakan pihaknya akan fokus pada memperbanyak program industri padat karya karena pihaknya tidak bisa mengandalkan sektor pertambangan untuk mengurangi pengangguran. “Tambang ini betul dia besar modalnya, tapi penyerapan kecil,” pungkasnya. (era)