RENCANA pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk menurunan harga tiket pesawat diharapkan bukan sekedar wacana. Masyarakat dan pelaku pariwisata sangat berharap hal itu dapat diwujudkan.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi NTB, Sahlan M. Saleh mengatakan, karena otoritas untuk menaikkan atau menurunkan harga tiket pesawat ada pada ranah pemerintah, dan maskapai.
“Kita mendukung saja keinginan pemerintah untuk menurunkan harga tiket pesawat yang saat ini harganya sangat signifikan,” kata Sahlan, Sabtu, 9 November 2024.
Tingginya harga tiket pesawat dalam beberapa waktu terakhir menurutnya sangat mengganggu citra pariwisata, khususnya Lombok – Sumbawa. Bukan hanya dikeluhkan oleh pelaku pariwisata, pun menurut Sahlan, hampir semua masyarakat mengeluhkannya.
Efek tingginya harga tiket pesawat ini juga sangat mempengaruhi kunjungan wisatawan. banyak wisatawan yang lebih memilih berwisata di daerah sendiri, atau di negara sendiri untuk wisatawan mancanegara.
“Wisatawan luar negeri lebih memilih berwisata di dalam negerinya, wisatawan domestik juga begitu, lebih memilih berwisata di daerahnya. Dari pada harus bayar mahal hanya sekedar biaya pesawat. Ini menjadikan pergerakan uang dan pergerakan ekonomi menjadi tidak tumbuh,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Provinsi NTB ini menyampaikan, contoh saja saat diselenggarakannya MotoGP Mandalika di akhir September 2024. Jumlah penonton luar negeri yang menyaksikan langsung balapan paling bergengsi dunia ini di Sirkuit Mandalika sangat kecil.
“Orang lebih senang menonton MotoGP di Sepang, Malaysia. Karena biaya penerbangannya murah. Itu salah satu dampak yang kita rasakan,” tambahnya.
Sahlan mengemukakan lagi, harga tiket pesawat yang mahal secara langsung mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke NTB. Baik wisatawan domestik maupun mancanegara akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan biaya yang besar hanya untuk transportasi.
Lesunya sektor pariwisata akibat tingginya harga tiket pesawat berdampak pada penurunan pendapatan daerah. Pendapatan dari sektor pariwisata seperti pajak hotel, restoran, dan tiket masuk objek wisata akan berkurang.
“Pariwisata merupakan salah satu sektor penting yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Ketika sektor pariwisata lesu, maka akan berdampak pada sektor lain seperti akomodasi, transportasi lokal, hingga UMKM yang bergantung pada sektor pariwisata,” imbuhnya.
Meskipun NTB memiliki banyak destinasi wisata yang menarik, namun tingginya harga tiket pesawat akan menghambat upaya promosi destinasi. Potensi wisatawan yang sudah tertarik pun akan urung datang karena faktor biaya.
Karena itu, Sahlan mengatakan, harapan pelaku pariwisata kepada pemerintah yang baru, agar ada strategi khusus untuk benar-benar menurunkan harga tiket pesawat. Agar tidak hanya menjadi wacana belaka.(bul)