Mataram (Suara NTB) – Tingkat partisipasi pemilih pada pemilihan kepala daerah di Kota Mataram mengalami penurunan. Penurunan ini disinyalir akibat jauhnya lokasi tempat pemungutan suara serta faktor lainnya.
Data dihimpun Suara NTB dari deks pilkada Kota Mataram dari total daftar pemilih tetap 320.604 terdapat 204.261 atau 63,71 persen warga yang menyalurkan hak pilih mereka pada pemilihan walikota dan wakil walikota mataram pada, Rabu, 27 November 2024.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Mataram, Edy Putrawan dikonfirmasi pada, Kamis, 28 November 2024 mengaku, belum mengetahui tingkat partisipasi pemilih karena belum menerima laporan secara keseluruhan dari panitia pemungutan suara maupun panitia pemungutan kecamatan. “Belum tahu jumlah partisipasi pemilih,” jawabnya singkat.
Sementara itu, Asisten Tata Praja dan Kesejatraan Rakyat Setda Kota Mataram, H. Lalu Martawang mengakui, partisipasi pemilih pada kontestasi lima tahunan di Kota Mataram mengalami penurunan dibandingkan pilkada 2020 sebelumnya 67 persen menjadi 63,71 persen. Tingkat partisipasi ini juga lebih rendah dibandingkan pemilu pada 14 Februari 2024 mencapai 70 persen. “Iya, tingkat partisipasi Kota Mataram turun dari 67 persen pada Pilkada 2020 menjadi 63,71 persen,” sebutnya.
Rendahnya partisipasi pemilih ini masih diidentifikasi. Ia memprediksi pemicunya adalah penggabungan tempat pemunguatan suara sehingga mengakibatkan lokasi TPS agak jauh,sehingga warga malas datang ke TPS karena dinilai tidak aksesibel. “Kita masih kaji penyebabnya, tetapi bisa saja dipicu akses yang terlalu jauh dari kediaman warga sehingga mereka tidak mau ke TPS,” pungkasnya.
Walikota Mataram, Dr. H. Mohan Roliskana mengatakan, tingkat partisipasi pemilih sebenarnya bukan ranah dari pemerintah kota melainkan dari ranah Komisi Pemilihan Umum Kota Mataram selaku penyelenggara pilkada. Meskipun diakui, tingkat partisipasi pemilih menurun dari Pilkada 2020 mencapai 67 persen menjadi 63,71 persen pada Pilkada 2024.
Rendahnya tingkat partisipasi ini disebabkan pola penempatan tempat pemungutan suara yang jauh dari lokasi rumah atau kantong-kantong pemilih, sehingga mempengaruhi keinginan warga untuk berpartisipasi secara politik. “Mungkin itu bagian dari variable yang memberikan dampak dari tingkat partisipasi pemilih,” ujarnya.
Mohan juga calon petahana melihat KPU sebenarnya telah bekerja maksimal dengan sosialisasi secara masif. Selain itu,pihaknya juga sosialisasi dengan memasang alat peraga kampanye di beberapa titik di Kota Mataram, sehingga menjadi instrument memberikan informasi kepada masyarakat adanya pesta demokrasi di Kota Mataram. Akan tetapi, lokasi TPS yang jauh menjadi salah satu penyebab rendahnya partisipasi pemilih. (cem)