KASUS demam berdarah dengue (DBD) di Kota Mataram mengalami peningkatan dari sebelumnya 400 kasus lebih di tahun 2023 menjadi 583 kasus di tahun 2024. Faktor cuaca menjadi salah satu pemicu.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. H. Emirald Isfihan ditemui akhir pekan kemarin mengakui, penyakit demam berdarah dengue (DBD) secara nasional mengalami peningkatan tiga kali lipat dibandingkan tahun 2023. Kondisi ini juga terjadi di Kota Mataram dari sebelumnya 400 kasus lebih di tahun 2023 mengalami peningkatan menjadi 583 kasus sampai bulan Desember 2024. Salah satu faktor peningkatan kasus adalah perubahan cuaca yang tidak menentu. “Memang terjadi kenaikan secara nasional tiga kali lipat kasus DBD,” terangnya.
Ia menyebutkan, tiga warga meninggal tidak murni positif digigit nyamuk aedes aegepty, melainkan ada yang memiliki penyakit penyerta atau komorbit. “Satu warga yang meninggal setelah kita telusuri ternyata bukan warga Kota Mataram,” klaimnya.
Pencegahan penularan nyamuk demam berdarah dilakukan melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pasca hujan. Selain itu, pihaknya juga mendorong masyarakat meningkatkan kesadaran menjaga kebersihan lingkungan serta menjaga pola hidup bersih dan sehat.
Mantan Wakil Direktur Rumah Sakit Ruslan Kota Mataram menegaskan, kasus DBD bukan fenomena gunung es karena penyakit ini muncul secara rutin. “Kalau fenomena gunung es itu sedikit yang muncul di permukaan tetapi kasusnya banyak di masyarakat,” jelasnya.
Tingginya temuan kasus DBD juga tidak terlepas dari alat deteksi digunakan untuk mendeteksi sejak awal penyakit demam berdarah untuk mencegah atau menghindari kematian. Hal ini menurutnya, tidak menjadi masalah supaya bisa mengetahui dan menangani secara cepat.
Ia meminta masyarakat untuk membawa keluarga mereka ke fasilitas kesehatan jika terjadi demam yang tidak spesifik sejak awal. Puskesmas sebagai ujung tombak diminta memperketat pengawasan serta mempercepatan penanganan. (cem)
