Bencana banjir di Provinsi NTB menjadi bencana alam berulang. Bencana alam banjir menerjang daerah ini rutin setiap tahun. Bahkan ada kecenderungan bencana alam ini semakin parah. Namun, dari waktu ke waktu upaya penanganan atau setidaknya meminimalisir banjir sepertinya tidak menemukan solusi. Kerusakan hutan akibat pembalakan liar dituding sebagai pemantiknya. Selain itu, beralihnya fungsi hutan (salah satunya menjadi ladang jagung) juga disebut sebagai pemicunya. Jika penyebabnya sudah disimpulkan. Kenapa belum ditemukan solusinya?
BELUM lekang dari ingatan. Seminggu menjelang pergantian tahun 2024 menuju 2025, rumah warga hanyut akibat banjir bandang di Desa Soritatanga, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu. Belum lagi ada yang hilang hanyut diseret banjir bandang, jalan putus hingga fasilitas umum juga rusak, sehingga menyebabkan warga di beberapa dusun di Kabupaten Lombok Barat (Lobar) terisolir.
Hanyutnya rumah milik warga itu menggambarkan besarnya dampak bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Dompu pada akhir tahun 2024 lalu itu. Kondisi itu masih berlanjut hingga pekan pertama tahun 2025. Kejadian ini merupakan perulangan setahun yang lalu, tapi tidak sebesar dampak banjir awal tahun 2025 ini. Akankah kejadian serupa kembali terulang tahun 2026, jika puncak musim hujan kembali datang. Perlu ada solusi yang jelas dari pemerintah daerah di NTB agar masalah banjir bandang ini tidak selalu berulang setiap tahunnya.
Kita masih ingat bagaimana sepasang suami istri Junaidin dan Hadijah asal Desa Soritatanga terseret banjir bersama rumahnya. Dua rumah warga lainnya, yakni rumah milik A. Majid dan Nurdin juga ikut hanyut terseret banjir bandang. Waktu itu di rumah Nurdin ada Lalu Tusniawan.
Lalu Tusniawan, yang menjaga rumah walet milik Nurdin ikut terseret banjir hingga 200 meter. Tusniawan berhasil selamat setelah meraih tumpukan pohon yang tertahan di jembatan bersama rumah milik Nurdin.
Sementara di rumah A. Majid, tidak ada orang, karena pemiliknya sedang ke Bima. Sehingga tidak ada barang – barang yang bisa diselamatkan, termasuk beras 50 kg yang baru dipinjam dari tetangga. Terlebih banjir ini datang usai hujan gerimis di sekitar perkampungan Soritatanga, Pekat. Namun hujan lebat dengan intensitas lama terjadi di daerah hulu sungai di Gunung Tambora dan sekitar kaki Gunung Tambora bagian selatan.
Junaidin bersama istri dan A. Majid bersama istri sempat menumpang di kediaman Nuhra di Dusun Sorimangge Desa Soritatanga, tidak jauh dari lokasi rumah Junaidin. Nuhra merupakan putri ketiga dari 4 bersaudara yang sudah berkeluarga.
Rumahnya yang kecil berdindingkan seng ukuran 5 x 2,5 meter dan disekat jadi 2 kamar. Awalnya gubuk ini menampung 2 keluarga. Kini harus berbagi tempat tidur dengan orang tuanya dan A. Majid yang masih menjadi kerabat akibat banjir Jumat sore. Sehingga emperan yang masih berlantaikan tanah dan beratap seng, ditutupi pakai terpal sebagai dinding.
Junaidin didampingi istrinya Hadijah bersama putrinya Nuhra dan A. Majid bersama istrinya Aminah saat ditemui di kediaman Nuhra, Selasa, 24 Desember 2024 lalu menceritakan kembali musibah banjir itu. Ia bersama istri usai menunaikan ibadah Salat Ashar, cuaca di sekitar hujan gerimis. Ketika hendak keluar dari rumah, melihat banjir yang datang secara tiba – tiba dan sempat teriak minta putra bungsunya, Satrio menyelamatkan sepeda motor. Dari 2 sepeda motornya, hanya 1 yang berhasil diselamatkan.
Awalnya ia mengira banjir tidak sampai sebesar itu. Terlebih, selama 14 tahun mendiami rumah sederhana itu tidak pernah ada banjir sebesar itu, sehingga ia tetap di atas rumah. Ketika hendak turun, rumahnya sudah dikelilingi banjir dan mengikis kolom rumah dengan air yang sangat deras. Sehingga rumahnya ikut hanyut bersama banjir. Anaknya yang hendak kembali mengambil HP dan menyelamatkan sepeda motor lainnya, sudah tidak bisa. “Saya hanya minta ke anak untuk pergi minta tolong ke warga lain. Ditarik pakai tali,” katanya.
Saat rumahnya dibawa banjir, Junaidin bersama istri juga ikut terseret banjir. Kondisi itu membuatnya pasrah dan mengumandangkan adzan saat ia berhasil meraih pohon kayu sebagai pijakan. Selesai adzan, ia mendapati istrinya juga bergelantungan di pohon nangka. Ia pun berhasil meraih istrinya yang masih mengenakan pakaian salatnya, hingga bergelantung bersama sebelum bantuan tiba dan ditarik pakai tali.
“Karena diikat pakai tali di badan, ditarik dengan arus banjir yang deras, badan saya sampai sekarang masih terasa sakit. Usai diselamatkan, saya dan Mas (Lalu Tusniawan) dirawat di Polindes Soritatanga,” aku Hadijah.
Rumah Junaidin diseret banjir dan hancur sebelum sampai laut hingga ke laut. Sementara 30 sak pupuk yang disiapkan untuk pupuk jagungnya mencair tidak ada yang diselamatkan. Begitu juga dengan 20 karung padi yang baru dipanen, tidak ada yang diselamatkan bersama uang tunai Rp500 ribu, dan barang – barang rumah tangga lainnya. Sementara dari 12 terpal miliknya, hanya 2 lembar yang ditemukan warga dan diserahkan kembali.
Di Kabupaten Sumbawa, seorang nenek bernama Siti Aisyah (65) warga Desa Mokong, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa ditemukan meninggal dunia terbawa arus banjir di Sungai Orong Ai Beta, Rabu, 1 Januari 2025.
Korban ditemukan warga 20 meter dari lokasi kejadian sekitar pukul 20.05 Wita tepatnya di Cek Dam orang Ai Beta. Rusdianto, salah satu warga menuturkan, pukul 16.00 WITA korban pulang dari ladang bersama menantunya Sabram Adam. Ketika menyeberang sungai air sungai tiba-tiba meluap akibat hujan deras. Akibatnya, pegangan tangan korban sama menantunya terlepas, sehingga terbawa arus.
Upaya pencarian segala rekan oleh warga setempat yang dibantu oleh jajaran pemerintah desa, aparat keamanan, dan tim Basarnas Sumbawa. Namun, tingginya debit air saat itu menyulitkan pencarian korban. Korban ditemukan sekitar 4 jam proses pencarian dengan menelusuri aliran sungai.
Begitu juga di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) tidak hanya menyebabkan hilangnya IN (18) warga Desa Tua Nanga, tapi juga akses jalan putus akibat longsor dan banjir yang terjadi.
Bencana akibat curah hujan tinggi di KSB melanda tiga kecamatan di awal tahun 2025. Berdasarkan laporan BPBD KSB ada 3 kecamatan terdampak bencana, di antaranya Kecamatan Sekongkang, Maluk dan Kecamatan Seteluk.
Pihak BPBD KSB mencatat, hujan di tiga kecamatan itu hampir terus menerus terjadi dalam 5 hari terakhir. Akibatnya, bencana banjir dan longsor tidak dapat terhindarkan. Seperti di kecamatan Sekongkang, hujan menyebabkan banjir di tiga desa yakni di Desa Sekongkang Bawah, Sekongkang Atas dan Desa Tongo. Selain itu akses jalan terputus dan longsor menutupi badan jalan Sekongkang-Tongo.
Di Kecamatan Maluk, akibat curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir di tiga dua desa. Yakni di Desa Bukit Damai dan Desa Mantun. Demikian di Kecamatan Seteluk, sebanyak tiga desa mengalami banjir, yaitu Desa Seran, Lamusung dan Desa Air Suning.
Plt Kepala Pelaksana BPBD KSB, Syaripuddin menjelaskan, bencana yang dialami tiga kecamatan itu akibat intensitas hujan yang tinggi sebagai penyebab utamanya.
Di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) tengah menghadapi tantangan besar dalam memulihkan kerusakan akibat rangkaian bencana hidrometeorologi yang terjadi sejak penetapan status tanggap darurat bencana pada 11 Desember 2024. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lotim, dibutuhkan anggaran lebih dari Rp 2 miliar untuk memperbaiki infrastruktur yang terdampak.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Lotim, Lalu Mulyadi, menjelaskan puluhan bencana telah melanda wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir. Tidak kurang dari 40 kejadian bencana seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, hingga puting beliung telah terjadi, menyebabkan kerusakan pada fasilitas umum, termasuk jembatan dan jalan.
Selain itu, penanganan pascabanjir di Wakan, Kecamatan Jerowaru, menjadi salah satu prioritas utama BPBD. BPBD Lotim berharap dukungan penuh dari pemerintah pusat dan provinsi untuk mempercepat proses pemulihan.
Di Kabupaten Lombok Barat, bencana banjir yang terjadi menyebabkan jalan terputus, sehingga membuat sejumlah dusun terisolir. Penanganan cepat pun dilakukan sesuai dengan kewenangan masing -masing. Prasarana yang menjadi kewenangan kabupaten, provinsi hingga nasional sudah diperbaiki. Seperti jalan provinsi di Dusun Selodong, Desa Persiapan Belongas, Kecamatan Sekotong dipasang U Ditch atau saluran tipe U pada bagian jalan yang terputus, sehingga bisa dilalui warga.
Meski banjir sudah bisa ditangani untuk sementara. Namun, jika tidak ada solusi permanen yang dilakukan oleh pemerintah, maka kejadian yang sama akan berulang kembali. (tim)