Mataram (Suara NTB) – Tren peningkatan kasus penyakit tidak menular, terutama gangguan ginjal pada usia produktif, kian mengkhawatirkan. Berdasarkan peninjauan Dinas Kesehatan NTB, ditemukan banyak kasus gangguan ginjal, khususnya yang menyerang remaja produktif usia 20 tahun ke atas.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB, Lalu Hamzi Fikri menyatakan seseorang yang terserang penyakit ginjal, maka akan melakukan pengobatan se umur hidupnya. Oleh karena itu perlu untuk waspada dan melakukan pencegahan dengan menghindari penyebab yang menimbulkan sakit pada ginjal.
“Trennya bahwa ada peningkatan kasus penyakit tidak menular, jadi yang kita saksikan di situ usia-usia produktif seperti 20, 23 sudah terkena gangguan ginjal. Ini sudah cuci darah. Kalau sudah cuci darah, seumur hidup lakukan cuci darah itu,” ujarnya kepada Suara NTB, Kamis, 30 Januari 2025.
Menurut Hamzi, tren peningkatan ini diduga berkaitan erat dengan pola hidup masyarakat yang kurang sehat. Seperti mengkonsumsi obat-obatan yang tidak sesuai resep dokter, penggunaan obat secara tidak rasional, serta kebiasaan mengonsumsi minuman bersoda dan manis secara berlebihan.
Kebiasaan ini dikatakan sebagai pemicu kerusakan ginjal dalam jangka panjang dan meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis. “Kita yang masih sehat ini lebih kepada upaya pencegahannya,” katanya.
Penyakit ginjal dan fenomena cuci darah ini tidak hanya menyerang remaja dan usia produktif, tetapi juga menyerang anak-anak. Dikatakan, di NTB kini sudah mulai banyak anak-anak yang melakukan cuci darah.
“RS Provinsi ini kita masih tetap layanan Hemodealisis (cuci darah), bahkan sekarang sudah mulai mengarah ke anak-anak,” ucapnya.
Karena fenomena cuci darah di NTB semakin meningkat, layanan hemodialisis (cuci darah) di daerah ini diperkuat. Banyak rumah sakit yang menyediakan layanan ini, termasuk Rumah Sakit Provinsi yang masih terus menangani pasien cuci darah.
Untuk mencegah lonjakan kasus ini, masyarakat diimbau untuk menerapkan gaya hidup sehat dengan menjaga pola makan seimbang, mencukupi asupan nutrisi, rutin beraktivitas fisik, dan menghindari konsumsi obat yang tidak sesuai anjuran dokter. Kesadaran dalam mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak membahayakan kesehatan ginjal menjadi langkah penting untuk mencegah gangguan ginjal di usia muda.
Selain gangguann ginjal, penyakit jantung juga dikhawatirkan merebak di Provinsi ini. Hamzi menyatakan, berdasarkan pemantauan saat kunjungan ke RS Manambai Abdulkadir di Sumbawa, lebih dari dua persen masyarakat Sumbawa terkena penyakit jantung.
“Sebulan bisa 900 kunjungan (masyarakat yang terkena penyakit jantung, red). Cukup tinggi, dengan rasio jumlah penduduk, di atas dua persen kasus jantung,” katanya.
Berbeda dengan ginjal, penyakit jantung menyerang berbagai usia. Dengan tingginya kunjungan pemeriksaan penyakit jantung di setiap bulannya, layanan pemeriksaan penyakit jantung disebutkan menjadi kebutuhan masyarakat. Dan harus bisa ditanggung oleh BPJS khususnya di RS Manambai yang sampai saat ini belum tercover BPJS.
“Harus diaktifkan layanan pemeriksaan penyakit jantung oleh BPJS, ini kebutuhan,” pungkasnya. (era)