Giri Menang (Suara NTB) – Potret buram pendidikan di wilayah selatan Lombok Barat (Lobar), persisnya di Meang, Desa Persiapan Pengantap. Itu tergambar dari kondisi fasilitas pendidikan seperti gedung Sekotong hingga akses jalan raya yang tak layak, karena kondisinya yang rusak parah. Ruang kelas ambruk pada bagian atap akibat terjangan angin.
Diperparah guru dan murid tiap hari harus berjibaku dengan kondisi akses jalan sepanjang hampir 3-4 kilometer yang rusak parah.
Salah satu sekolah yang kondisinya rusak parah berada di Meang adalah SDN 11 Meang. Kepala SDN 11 Meang Mahmud Huri mengatakan kerusakan sekolah telah terjadi sejak setahun lalu. Akibat diterjang angin kencang, dipicu bahan bangunan keropos akibat udara atau angin laut memicu kerusakan. “Yang parah itu tiga lokal, ada tiga lokal yang masih bisa dipakai. Paling parah itu karena uap air laut bangunan cepat rusak, cepat terangkat,” ungkapnya, Senin, 3 Februari 2025.
Dijelaskan, dari enam lokal di sekolah itu, tiga lokal rusak parah. Sedangkan yang tiga lokal itu pun ada yang terangkat atapnya, namun masih bisa dipakai. Kantor yang dipakai untuk ruang guru, sempat basah akibat hujan pada malam hari. Saat ini jumlah murid di SD itu 48 orang, terbagi menjadi tiga rombel dan mereka belajar di tiga ruang yang bisa dipakai.
Terkadang mereka mau belajar di salah satu ruangan yang hampir setengah atapnya rusak. “Anak tetap mau belajar di sana, walaupun kondisi seperti itu. Tapi dengan kesigapan teman-teman guru kalau terjadi apa-apa, cepat keluar,” ujarnya. Sedangkan jumlah guru sebanyak 9 orang, termasuk dirinya. Satu orang di antaranya warga setempat yang stand by di daerah itu.
Pihaknya mengaku telah melaporkan ke pihak dinas, namun belum ada realisasi. Pihaknya memahami bahwa anggaran pemerintah tidak setiap saat bisa diturunkan. Ketika anggaran sudah ada, tentu sekolah itu ditangani.
Menurutnya, sekolah itu tidak layak karena tidak bisa ditempati akibat kerusakan ruangannya, sehingga ia berharap agar perbaikan sekolah itu bisa direalisasikan tahun ini. “Insyaallah kalau tahun ini, mudah-mudahan kita harapkan,” harapnya.
Ia menambahkan selain kondisi gedung sekolah tak laik, akses jalan ke sekolah itu juga rusak parah. Selama puluhan tahun mengajar di sekolah itu, ia dan guru lain berjibaku melalui jalan itu. “Sering kali hampir tiap hari kita nikmati roda kendaraan masuk ke kubangan lumpur, itu jadi tantangan kita,”aku dia.
Terkadang untuk menghibur suasana, guru yang jatuh di jalan itu, jalan rusak menjadi hiburan atau candaan. Jalan yang rusak itu diperkirakan sepanjang 2 kilometer, tapi Kalau dihitung dari daerah Pengantap, panjangnya mencapai 3-4 kilometer. Bahkan, motor macet dan rantai putus sering kali dialami sehingga guru pun membawa peralatan. Pengalaman berkesan selama berjibaku mengajar disana, ia dan guru pernah memikul kendaraan, karena air kali besar dan dalam hujan deras.
Selaku kepala sekolah tetap memberikan motivasi dan semangat bagi guru lain. Ia bahkan merasa tidak menjadi kepala sekolah karena penderitaan yang sama dialami. “Tidak ada jarak antara kami, saking dekatnya hubungan kami. Makanya semuanya betah dan merasa nyaman di sana,”ujarnya. (her)