Giri Menang (Suara NTB) – Kondisi Jembatan Bakong yang menghubungkan Gerung – Lembar ditutup total, akibat kondisinya yang kian parah. Hal ini menyebabkan aktivitas warga yang sehari-hari melalui jalan itu lumpuh, baik ke sekolah, pasar, maupun aktivitas secara umum lainnya. Pemdes dan warga setempat pun berharap Pemprov NTB selaku berwenang terkait jembatan dan jalan itu segera mencari solusi minimal ada jalur darurat.
“Kami berharap Pemprov segera mengerti solusi minimal akses ini bisa berfungsi sementara atau ada akses darurat. Karena jalur ini dilalui anak-anak sekolah, ke pasar dan aktivitas lainnya,” kata Jumarsa, kemarin.
Semenjak jembatan ini rusak dan ditutup, praktis warga yang mau ke sekolah maupun ke pasar baik berjualan maupun berdagang menjadi terhambat. Aktivitas warga secara umum lumpuh khusus melalui jalan itu.
Warga tidak bisa ke pasar dan sekolah. Kalaupun mau ke pasar atau sekolah warga dan anak-anak harus memutarkan lewat jalur lain dengan jarak tempuh yang sangat jauh. Sementara kalau melihat kondisi jembatan yang kian parah, tentu butuh waktu untuk penanganan. Sebab perlu waktu panjang untuk kajian dan menganggarkan pembangunannya.
“Belum lagi kendala anggaran, sehingga kami tidak mau muluk-muluk harus segera dibangunkan jembatan, minimal ada akses alternatif di seputaran sini, agar warga kami dan daerah lembar bisa berkegiatan normal terutama anak-anak sekolah dan aktivitas lain,” harapnya.
Diakuinya, jalan itu menghubungkan dua desa, Desa Kebon Ayu dan Lembar. Selain itu, dengan desa-desa lain bahkan ke wilayah Labuapi hingga Mataram. Jalan ini menjadi jalan utama paling dekat dan sering dilalui sebab kondisinya tidak terlalu ramai.
Lebih-lebih ini menyangkut perputaran ekonomi warga di pasar Kebon Ayu yang dimanfaatkan oleh dua desa ini. Sedangkan terkait lalu lintas pengangkutan batu bara dan lainnya yang masih bisa melalui jalur alternatif, yakni jalan nasional dari Lembar ke simpang lima Koperasi Gerung, lalu belok ke arah PLTU.
“Tapi kan itu ke kebutuhan industri, tapi yang kebutuhan masyarakat ini yang kami butuhkan,” tegasnya.
Sejauh ini dari hasil tim Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi dan kabupaten turun ke lokasi dan belum ada solusi yang konkret soal ini. Pihak terkait masih mencari jalur alternatif.
Yang jelas pihaknya meminta agar jalur alternatif bisa disiapkan, bukan semata-mata berfikir bagaimana menyiapkan untuk akses pengangkutan batu bara maupun kebutuhan industri lainnya.
Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) NTB, Lies Nurkomalasari mengatakan kondisi jembatan tersebut sudah rusak parah, karena kerusakan struktur bangunan. Yang mana bangunan tersebut dihantam oleh banjir pada Selasa, 11 Februari 2025.
Ia membeberkan, perbaikan jembatan membutuhkan anggaran yang besar karena panjang jembatan tersebut mencapai 87 meter, dengan lebar lebih dari 10 meter. “Tapi karena ini panjang, kan 87meter jadi dia patah di situ, struktur yang patah,” katanya.
Menurutnya, karena kerusakan yang cukup parah, satu-satunya langkah yang bisa dilakukan oleh Pemprov NTB adalah dengan membangun jembatan baru. Sementara pembuatan jalan alternatif, masih harus dilakukan kajian, karena sungai yang terlalu lebar. (her/era)