Mataram (Suara NTB) – Tim Perekaman dari Balai Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan kunjungan ke tiga komunitas budaya yang ada di NTB, yaitu komunitas Pembasak yang berlokasi di Kuranji, Komunitas MAS yang berlokasi di Narmada, serta komunitas Pesaja yang berlokasi di Kuripan.
Kunjungan yang dilakukan pada Senin, 24 Februari 2025 ini bertujuan untuk meminta testimoni dari komunitas tersebut berkaitan dengan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional yang jatuh pada 21 Februari 2025 lalu.
Salah satu Tim Perekaman Balai Bahasa NTB, Rizki Gayatri menyampaikan, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Balai Bahasa NTB untuk menggalakkan pelestarian bahasa daerah, khususnya bahasa ibu, yang menjadi salah satu elemen penting dalam menjaga identitas budaya di Provinsi NTB.
“Tim Perekaman Balai Bahasa NTB disambut antusias oleh ketiga komunitas tersebut yang sejak lama telah berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan adat istiadat serta bahasa Sasak,” ujar Rizki.
Rizki menyampaikan, kunjungan ini diharapkan dapat menjadi pemicu bagi masyarakat di NTB untuk lebih menghargai dan melestarikan bahasa ibu mereka, serta menginspirasi generasi muda untuk menggunakan bahasa ibu mereka sebagai sarana komunikasi sehari-hari dan dalam menjaga warisan budaya tersebut.
Ketua Komunitas Pembasak, Sadarudin mengatakan bahwa bahasa ibu adalah warisan berharga yang harus dijaga dan diteruskan kepada generasi berikutnya. “Sebagai bagian dari masyarakat Sasak, kami berkomitmen untuk mendukung pelestarian bahasa ibu karena bahasa adalah jati diri dan akar budaya,” ungkap Sadarudin.
Tim Perekaman juga mengunjungi kediaman Sanusi, budayawan sekaligus perwakilan Majelis Adat Sasak yang berlokasi di Desa Golong, Kabupaten Lombok Barat. Selain berdiskusi terkait upaya revitalisasi bahasa dan sastra daerah yang sudah Sanusi lakukan, tim berkesempatan melihat museum pribadi di Desa Golong. Dalam penuturannya, segenap usaha akan diberikan untuk mendukung usaha pelestarian dan pelindungan bahasa dan sastra daerah.
Selanjutnya, Tim Perekaman mengunjungi Komunitas Pesaja yang diketuai oleh Zulpadli. Zulpadli memberikan testimoni yang mendalam terkait peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional. “Hari Bahasa Ibu Internasional mengingatkan kita untuk menjaga keberagaman bahasa yang ada. Sebagai komunitas sastra, kami mendukung penuh inisiatif ini karena bahasa ibu adalah kunci untuk mempertahankan budaya dan tradisi kita,” ujarnya. (ron)