Selong (Suara NTB) – Kabupaten Lombok Timur (Lotim) memiliki empat Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yaitu PT Selaparang Energi, Selaparang Finansial, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan PT Selaparang Agro. Dari keempat BUMD tersebut, satu perusahaan mengalami kesulitan finansial dan membutuhkan tambahan modal agar terhindar dari kolaps.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Bupati Lotim, H. Edwin Hadiwijaya, saat diwawancarai Suara NTB di ruang kerjanya beberapa waktu lalu. Pemkab Lotim, yang dipimpin oleh H. Haerul Warisin dan H. Edwin, berkomitmen untuk menyelamatkan BUMD yang mengalami kesulitan tersebut.
Menurut Edwin, PT Selaparang Energi membutuhkan sekitar Rp 5 miliar untuk bisa bertahan. Permintaan ini sudah disampaikan oleh Plt Direktur perusahaan kepada pemerintah. PT Selaparang Energi, yang sebelumnya memproduksi air kemasan merek Asel, berencana untuk menghidupkan kembali mesin produksi tersebut.
“Mesin AMDK PT Selaparang Energi perlu diperbarui dengan teknologi digitalisasi agar produk air mineral dalam kemasan yang dihasilkan bisa lebih berkualitas,” ujar Edwin. Meskipun permintaan sebesar Rp 5 miliar sudah disampaikan, dana tersebut belum sepenuhnya bisa diberikan. “Mungkin separuh dari jumlah yang diminta yang bisa disalurkan, karena tergantung pada anggaran kita,” tambahnya.
Selain itu, PDAM Kabupaten Lombok Timur berencana untuk meningkatkan statusnya menjadi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) tahun ini. Untuk mewujudkan hal tersebut, jumlah pelanggan harus ditingkatkan. Saat ini, PDAM Lotim baru memiliki 39 ribu pelanggan, padahal minimal jumlah pelanggan yang dibutuhkan untuk menjadi Perumda adalah 50 ribu. “Kami kekurangan sekitar 20 ribu pelanggan,” sebut Edwin. Untuk mencapai target ini, diperlukan investasi tambahan agar proses penambahan pelanggan dapat dipercepat.
Selanjutnya, PT Selaparang Agro, yang bergerak di bidang pertanian, juga membutuhkan tambahan modal dalam jumlah besar agar dapat mengembangkan kembali usahanya. Edwin menjelaskan bahwa dalam pengelolaan usaha, pihaknya akan lebih selektif dalam menggunakan tenaga kerja dan memastikan tata kelola yang lebih teliti.
Terakhir, PT Selaparang Finansial, yang menjadi satu-satunya BUMD di Lotim yang masih dalam kondisi sehat, juga menghadapi penurunan jumlah deviden yang diberikan. Dulu, PT Selaparang Finansial mampu memberikan deviden sebesar Rp 6,5 miliar sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Lotim. Namun, pada tahun terakhir, deviden yang diberikan hanya mencapai Rp 3 miliar.
Meski demikian, Edwin mengatakan PT Selaparang Finansial tetap membutuhkan suntikan modal tambahan untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi daerah. “Deviden yang diberikan juga belum dikembalikan dalam bentuk penyertaan modal,” tutupnya. (rus)