spot_img
Senin, Maret 24, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK TIMURPenenun Pringgasela Kewalahan Layani Pembelian Tenun

Penenun Pringgasela Kewalahan Layani Pembelian Tenun

Warga Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) kewalahan melayani pembelian tenun. Hal ini terjadi beberapa tahun terakhir setelah ada kebijakan pemerintah yang memberikan dukungan terhadap pengembangan usaha tenun.

Muhammad Maliki, salah satu pengusaha tenun mengakui stok tenun di artshop miliknya sekarang terus menipis akibat banyaknya pesanan dari pembeli atau laku terjual.  “Alhamdulillah sekarang penjualan laku keras,” ujarnya pekan kemarin.

Menurutnya, kebijakan Bupati Lotim H. Haerul Warisin  yang meminta tidak ada campuran batik pada seragam ASN masuk kantor berdampak langsung pada tingkat pesanan tenun di masyarakat.  Dalam hal ini, ketika menggunakan pakaian lokal saat masuk kerja di lingkup Pemkab Lotim agar tidak ada tiruan dan tidak ada bajakan pakaian tenun yang digunakan.

“Jadi kita sebagai pengrajin tenun sangat merasa bersyukur dan sangat terima kasih lah kepada pemerintah yang sangat peduli dengan UMKM sehingga kita terus berusaha sekarang mencari motif terbaik untuk membuat tenun,” ucapnya

Menurut Maliki, perkembangan usaha tenun ini meningkat tak saja karena kebijakan Pemkab Lotim, tapi, kebijakan pemerintah provinsi yang cukup peduli terhadap pengembangan usaha tenun, khususnya tenun Pringgasela.

Melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTB acap kali digelar kegiatan promosi tenun Pringgasela, seperti gelaran fashion show dan adanya kebijakan pemerintah menggunakan sarung tenun setiap hari Jumat juga cukup berdampak positif bagi pengembangan usaha tenun. ‘’Semua pelaku UMKM dari seluruh NTB bahkan merasakan dampak positifnya,’’ sebutnya.

Penjualan tenun katanya tidak seperti penjualan sirup yang bisa laku setiap hari. Transaksi penjualan tenun pun gak bisa dilihat berdasarkan rata-rata harian. Akan tetapi, fakta selama ini menunjukkan penjualan selama ini sangat menggembirakan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Sehari bahkan ada yang dapat Rp 5-15 juta penjualan. Tapi kadang tidak ada sama sekali,” imbuhnya.

Prinsipnya, tenun jualannya tidak pernah mengendap lama. Sekarang ini saja, stok bajunya sudah kosong di galeri. Semua sudah laku terjual.

Memasuki bulan suci Ramadan 1446 Hijriah tahun ini banyak penenun produksi sarung. Permintaan sarung untuk kebutuhan ibadah selama bulan puasa ini meningkat juga. “Untuk ibadah Salat Tarawih dan Lebaran, sehingga banyak penenun buat sarung sekarang,” imbuhnya.

Penenun sekarang sudah tidak monoton. Karya tenun yang dihasilkan sudah bervariasi. Termasuk tetap memproduksi tenun untuk keluarga.

Dari desa juga diketahuinya telah memberikan dukungan terus dalam pengembangan usaha tenun. Bahkan, pemerintah desa sudah memberikan subsidi benang.

Mengenai harga sekarang sudah tembus Rp 500 ribu per unit. Hal ini karena bahan baku, utamanya benang yang terus naik. Soal kualitas dijamin terbaik, karena tenun Pringgasela ini bisa tahan puluhan tahun.

Kepala Desa Pringgasela, Azizan Zohri sebelumnya membenarkan terjadinya perkembangan cukup baik pada usaha tenun warganya. Disebut, jumlah penenun di Pringgasela saat ini tercatat lebih dari 1.000 orang.

Karya tenun yang dibuat warga cukup laku di pasar. Menurutnya, hal ini selain karena kebijakan pemerintah, perkembangan tenun Pringgasela ini juga karena event wisata yang telah digelar setiap tahunnya dalam ajang Alunan Budaya Desa Pringgasela.

Pemerintah daerah hingga pusat katanya memberikan dukungan terus kepada pengembangan usaha tenun. Alhasil, dari kebijakan pemerintah tersebut telah memberikan dampak nyata bagi perkembangan usaha warga.(rus)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO