spot_img
Senin, Maret 24, 2025
spot_img
BerandaEKONOMIWarga Senteluk Manfaatkan Lahan dan Atap Rumah Untuk Tanam Cabai

Warga Senteluk Manfaatkan Lahan dan Atap Rumah Untuk Tanam Cabai

Mataram (Suara NTB) – Warga Desa Senteluk, Batulayar, Lombok Barat, berhasil memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam cabai rawit. Awalnya hanya hobi, kini bisa berbagi dan meraih keuntungan.

Salah satu contoh adalah Mahendra Faryadi, seorang warga Kecamatan Batulayar yang diketahui merupakan lulusan sarjana Pendidikan Biologi. Sejak tahun 2017 ia mulai memanfaatkan lahan pekarangan rumah dan atapnya untuk membudidayakan cabai rawit dan berbagai jenis sayuran sebagai hobinya.

“Sejak tahun 2017 juga sudah mulai tanam cabai, cuman itu memang hanya untuk skala kebutuhan dapur, satu dua pot saja.” Ungkap Mahendra yang ditemui Suara NTB di rumahnya, di Desa Senteluk, Batulayar, Lombok Barat, pada Selasa 4 Februari 2025.

Dan sejak tahun 2020 Mahendra mulai untuk memperbanyak jumlah budidaya tanaman cabai rawit. Puluhan bahkan ratusan pohon yang ditanam pada polybag.

Mahendara menjual hasil dari budidayanya tersebut dengan sistem per polybag, alih-alih dipetik dan dijual per kilogram. Ia pun tidak menjualnya secara langsung kepada orang-orang melainkan melalui platform online. Pembelinya berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda.

“Sebelum puasa, sempat banyak permintaan jadinya saya open pembelian, karena diatas atap ada 114 polibag, keteteran saya urusinnya. Biar ibadah juga aman di bulan puasa ini,” tuturnya.

Harga yang dibanderol untuk per pohonnya tergantung dari besar pohonnya dan banyaknya buah cabai rawit yang tumbuh. Ia memasang harga mulai dari Rp 50 ribu sampai dengan Rp 75 ribu per pohonnya.

Namun demikian, ketika saat ini harga cabai rawit sedang melambung tinggi. Mahendra tidak memiliki niat untuk meraup keuntungan besar melalui situasi ini. ia tetap menjual dengan harga murah. Selain itu, ia dengan ringan tangan dan senang hati berbagi secara percuma kepada kerabat dan tetangga yang membutuhkan cabai rawit.

“Awalnya kan memang karena hobi tanam-tanam, tidak ada niatan untuk dikomersialkan. Kalau ada tetangga atau keluarga yang minta saya kasih saja,” ungkapnya.

Atau ketika ada tetangga yang ingin membeli cabai rawitnya, Mahendra tidak menerima bayaran dalam bentuk duit, melainkan dalam bentuk barang. Misalnya ditukar dengan sekam atau kotoran sapi atau kambing, yang akan dipergunakan sebagai campuran media tanam dan pembuatan Pupuk Cair Organik (POC) bagi tanaman budidayanya. (hir)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO