RELOKASI penghuni rumah singgah yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) NTB menunggu kejelasan. Direktur RSUD NTB, dr. Lalu Herman Mahaputra mengatakan pihaknya masih menunggu arahan Gubernur terkait rencana lanjutan relokasi yang sempat membuat gempar penghuni beberapa waktu lalu.
‘’Kita disuruh menunggu arahan dari Pak Gubernur saja,’’ ujarnya, Rabu, 5 Maret 2025.
Ia menambahkan, proses relokasi belum dimulai, dan pasien serta keluarga yang menghuni bangunan rumah singgah masih tetap berada di lokasi yang sama. “Memang sekarang masih tetap di situ. Kita tunggu arahan, informasi di Kominfo,” sambungnya.
Dikatakan, pihaknya sudah membicarakan dengan Gubernur mengenai rencana relokasi rumah singgah, termasuk dengan kisruh beberapa waktu lalu akibat penghuni yang enggan pindah.
Kendati sudah ada komunikasi, sampai saat ini belum ada keputusan atau instruksi lanjutan yang dapat diambil. “Makanya, kita disuruh tidak melakukan apapun. Sekarang tunggu arahan saja,” ungkapnya.
Adapun ia menyampaikan, lahan untuk relokasi pembangunan sudah tersedia. Namun, belum ada arahan dari Gubernur untuk mulai pembangunan. Rumah singgah baru, rencananya akan dibangun di lahan seluas 50 are, hibah dari Pemerintah Kota Mataram.
Menurut Herman, relokasi dilakukan ke lokasi yang lebih refresentatif, mudah diakses dan akan dibangun lebih layak dengan menyediakan berbagai fasilitas seperti tempat mencuci, masak, dan sebagainya.
Rumah singgah yang digusur ini, kata dr.Jack, panggilan akrab Direktur RSUD NTB ini, kurang refresentatif sebab cukup jauh dari tempat ibadah dan pusat pengobatan. Juga bangunan tersebut dinilai sempit. Sehingga, direncanakan untuk relokasi ke tempat yang lebih luas.
Meski pihak RSUP menjanjikan akan meningkatkan fasilitas rumah singgah, penghuni tetap menolak untuk pindah. Penghuni menilai pihak RSUP sengaja menggusur rumah singgah dan mengusir mereka secara paksa tanpa memikirkan nasib pasien dan keluarga pasien yang sudah lama memanfaatkan bangunan tersebut.
Salah satu pasien penghuni rumah singgah, Zumha, pasien dari Bima ini membenarkan relokasi yang dilakukan oleh pihak RSUD. Ia menyampaikan, ia sudah dua tahun memanfaatkan rumah singgah karena penyakit komplikasi yang dideritanya. Dikatakan, setiap dua hari sekali Zumha harus melakukan pemeriksaan di RSUD NTB. Dengan dipindahnya mereka ke lokasi yang jauh, dinilai akan memberatkannya, menambah beban biaya.(era)