Giri Menang (Suara NTB) – Peninggalan benda kuno berupa piring dan mangkuk ditemukan di Dusun Dasan Ketujur, Desa Mesanggok, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Seperangkat piring dan mangkuk yang terbuat dari keramik ini mirip seperti yang ada di makam Wali Songo, Sunan Bonang, Tuban Jawa Timur. Salah satu penemuan piring itu bertuliskan kalimat tauhid.
Berdasarkan hipotesa sementara, piring tersebut dinamakan Campa yang tak lain adalah ibu dari Raden Fatah. Konon Piring Campa ini berjumlah 65 buah dan salah satunya dipercaya ada di wilayah setempat.
Penemuan ini tidak saja memiliki nilai sejarah dan buday, tetapi memberikan informasi tentang kehidupan masyarakat dan penyebaran Islam masa lampau di daerah setempat bahkan Pulau Lombok.
Peninggalan Piring dan Mangkuk kuno ini pun dipercaya erat kaitannya dengan sebuah makam Mubalig yang ada di daerah itu. Kini kondisi makam yang dinamakan “Makam Kedetok”, hampir setengahnya tertutup tembok bangunan.
TGH. Muhajirin Ismail, pimpinan Ponpes Mamba’ul Ulum yang menyimpan peninggalan piring dan mangkuk tersebut menuturkan bahwa sejumlah peninggalan bertuliskan bahasa Arab ditemukan pada tahun 1988 Masehi ketika pembongkaran masjid di daerah itu. Ketika itu, jemaah bergotong royong untuk membongkar masjid tersebut.
“Saat dilakukan penggalian, sekitar sedalam 1,5-2 meter sejumlah piring dan mangkuk tersebut ditemukan tertanam di bawah bangunan masjid,” terangnya.
Penemuan piring ini sempat menghebohkan warga dan bahkan beberapa d iantaranya hendak mengambil dan membawa benda-benda. Namun Almagfurullah Datok TGH Ihsan Ismail, bapak dari TGH Muhajirin Ismail ketika itu meminta agar benda-benda tersebut dikumpulkan dan disimpan. Warga yang sudah membawa benda-benda itu pun manut permintaan Datok dan mereka membawanya kembali.
Datok TGH Ihsan Ismail ketika berpesan dan meminta agar benda-benda itu disimpan rapi dengan tujuan suatu saat ada hikmah di baliknya. Menurut TGH Muhajirin, kemungkinan hikmah yang dimaksud Datok menjadi petunjuk bahwa peninggalan ini berkaitan dengan penyebaran Islam ketika zaman dulu oleh para mubalig.
Menurutnya, kemungkinan benda piring ini adalah semacam SK kepada para mubalig yang dikirim dan ditugaskan oleh Raden Fatah untuk menyebarkan Islam ketika itu. “Konon jumlahnya ada 60-an lebih, ini SK ke 18. Konon yang mengirim Raden Fatah,” sebutnya.
Hal ini diperkuat dari hasil ziarahnya beberapa kali ke sejumlah makam para wali yang dilakukannya, termasuk ke makam Sunan Bonang di Tuban. Selama beberapa kali ia ziarah, baru menyadari tentang benda peninggalan di makam Sunan Bonang sama dengan yang disimpannya.
“Kami baru menyadari setelah beberapa kali melihat (benda) yang ada di makam wali, Sunan Bonang ternyata sama dengan yang ada di sini. Tulisan dan bentuknya sama, sehingga kami berkesimpulan bahwa ini erat kaitannya dengan yang ada di makam Sunan Bonang dan malam Datok Kedetok,” ujarnya.
Menurutnya, peninggalan itu erat kaitannya dengan sebuah makam yang dinamakan makam Datok Kedetok yang berada di daerah tersebut. Makam ini diperkirakan berusia ratusan tahun karena ketika di masa kakeknya dan ayahnya makam itu telah ada. Keberadaan makam itu telah diketahui masyarakat sekitar. Namun anehnya, setelah ditelusuri di hampir semua sesepuh yang ada di daerah itu, tidak tahu silsilah dari keberadaan makam tersebut.
Ia memperkirakan, yang dimakamkan tersebut bukan warga setempat, tetapi seorang mubalig dari luar daerah. Ia pun belum pernah diceritakan oleh Datok maupun kakeknya tentang siapa yang dimakamkan di makam tersebut. “Kemungkinan beliau ini orang luar, karena di sini tidak ada yang tahu silsilahnya,” imbuhnya.
Ia juga mengaku mendapatkan firasat dari mimpi yang berkaitan dengan makam tersebut.
Selain itu ia mendapatkan cerita dari warga bahwa pekerja di lesehan dekat makam itu, ketika waktu magrib pekerja ini masih bekerja membersihkan sekitar lokasi. Tiba-tiba saja muncul sesosok berpenampilan seperti syekh menegur pekerja tersebut. “Dan sesosok seperti syekh ini berkata, orang lagi persiapan mau salat magrib, tapi kok ini yang kamu kerjakan,” ujarnya mengutip cerita dari warga itu.
Sontak pekerja itu langsung lari dan mencari warga bernama Tuak Amat, lalu ia menceritakan apa yang dialami tersebut. Hal ini pun disaksikan banyak orang.
Kini para peziarah banyak berdatangan ke makam tersebut. Makam Datoq Kedetok ini berlokasi tidak jauh dari masjid tempat ditemukannya benda piring dan mangkuk tersebut. Lokasi makam itu berjarak puluhan meter dari makam seorang ulama penyebar Islam di Lombok Barat bagian selatan, yaitu Almagfulrullahu TGH Ihsan Isma’il Dasan Ketujur atau yang lebih dikenal dengan nama Datoq Kuranji. Beliau merupakan Ayahanda dari TGH Muhajirin Ismail Pimpinan Ponpes Mamba’ul Ulum.
Kini kondisi makam itu terancam karena telah dibangun tembok pembatas. Karena makam itu berada di lahan antara dua pemilik, satunya dari Mataram membuka lesehan sedangkan sebelahnya makam tersebut masih dipertahankan. “Kami sudah buatkan jalan setapak saja ke lokasi makam, kami mau selamatkan,” imbuhnya.
Ia berharap melalui informasi ini bisa menyebar luas ke pemerintah kemudian melakukan penanganan. Termasuk pada pengelola makam Sunan Bonang agar bisa turun ke lokasi untuk melihat langsung malam dan peninggalan benda-benda tersebut.
Dengan ditemukannya makam ini tentu sebagai langkah awal untuk menyibak jejak sejarah para ulama penyebar Islam di Lombok Barat pada masa masa terdahulu. (her)