spot_img
Kamis, April 24, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMSampah Naik Hingga 20 Persen, Mataram Butuh TPST Baru

Sampah Naik Hingga 20 Persen, Mataram Butuh TPST Baru

Mataram (Suara NTB) – Lonjakan penduduk di Kota Mataram mendorong kenaikan sampah hingga 20 persen per tahun. DLH menilai perlu penambahan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) untuk mengantisipasi penumpukan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, Nizar Denny Cahyadi, menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan volume sampah yang cukup signifikan. Peningkatan ini diperkirakan mencapai 10 hingga 20 persen setiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Mataram yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

“Kita bisa lihat data dari Dukcapil, dari tahun 2021 sampai sekarang terjadi peningkatan populasi yang cukup signifikan. Ini tentu berdampak langsung pada jumlah produksi sampah. Dimana tahun 2024 sebelumnya, volume sampah mencapai 230 hingga 250 ton per hari, dan kini diperkirakan mengalami kenaikan 10 persen hingga 20 persen,” terangnya saat diwawancarai di DPRD Kota Mataram, pada Senin, 14 April 2025.

Sebagai bentuk respons atas kondisi tersebut, DLH Kota Mataram tengah mendorong pembangunan TPST baru. Fasilitas ini diharapkan mampu menampung dan mengelola sampah secara lebih optimal. Namun, realisasi proyek tersebut masih menunggu kepastian dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU), khususnya dari bidang sanitasi.

“Ini memang kebutuhan yang sangat mendesak. Tapi kami masih menunggu apakah anggaran yang sudah disiapkan akan terdampak efisiensi atau tidak. Kami juga belum tahu, kami masih menunggu arahan lebih lanjut,” ujar Nizar.

Selain itu, pihaknya terus melakukan optimalisasi pengangkutan sampah dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) juga terus dilakukan. DLH menargetkan seluruh TPS di Kota Mataram dalam kondisi steril atau kosong dari sampah maksimal pada pukul 12.00 siang setiap hari. Namun, ada pengecualian di TPS Lawata yang memiliki jadwal hingga pukul 6 sore, mengingat tingginya aktivitas masyarakat di sekitar lokasi tersebut.

Di sisi lain, penanganan sampah pascahujan masih menjadi tantangan tersendiri. Sampah yang terseret ke saluran drainase seringkali harus diangkat dan dikeringkan sementara di atas trotoar sebelum akhirnya diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Ini menjadi persoalan karena mempengaruhi keindahan kota. Oleh karena itu, kami terus berkoordinasi dengan PU agar sampah dari drainase bisa langsung diangkut tanpa harus ditaruh dulu di trotoar,” pungkasnya.

Ia berharap kolaborasi lintas sektor bisa terus ditingkatkan agar permasalahan sampah dapat ditangani lebih baik, terutama di tengah tantangan lingkungan dan pertumbuhan penduduk yang terus berlangsung. (hir)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -




VIDEO