Tanjung (Suara NTB) – Jembatan penghubung Desa Selengen dan Desa Gumantar, putus akibat tersapu banjir bandang pada musim hujan di awal tahun 2025 lalu. Dampaknya cukup signifikan. Aksesibilitas masyarakat di lebih dari dua desa di Kecamatan Kayangan terhambat, lantaran konektivitas wilayah tertutup. Perlintasan antardesa yang sebelumnya hanya bisa dilewati beberapa menit, kini kembali menempuh jalan memutar mencapai 15 km lebih.
Tokoh masyarakat Desa Selengen, Sadirman, kepada Suara NTB, Rabu, 23 April 2025 mengungkapkan, jembatan Kali Pelisi putus akibat luapan banjir bandang pada puncak musim hujan tahun 2025 kemarin. Meski lebar jembatan kurang dari 3 meter, namun sejak dibangun tahun 2014 silam, keberadaannya sangat membantu aksesibilitas warga antar desa.
Ia menerangkan, banjir bandang pada musim hujan kemarin sangat massif. Hal itu didorong oleh rusaknya Bendungan Selengen di bagian hulu. Derasnya terjangan arus air tak hanya merusak areal kebun warga di sekitar jembatan, tetapi juga merubah aliran sungai. Potret jembatan yang terlihat hanya menyisakan beton pondasi dan konstruksi bagian bawah. Sedangkan konstruksi bagian atas yang terbuat dari plat baja, terlepas dan teronggok di tengah Kali.
“Perubahan pada arus sungai terjadi sejak setelah gempa akibat rusaknya bendungan. Karena tak terbendung, air mengikis struktur tanah di sekitar jembatan,” ujarnya.
Sebelum jembatan putus, kata dia, akses ini sempat menimbulkan korban. Di mana salah seorang pengendara yang hendak melintas, terperosok ke kali karena struktur tanah yang menuju jembatan labil akibat gempa dan adanya tekanan erosi air Kali.
“Pernah ada (kecelakaan), salah satu warga terpeleset dan jatuh ke kali. Meskipun jembatan ini jalur alternatif, tapi lebih sering digunakan karena akses jarak yang lebih singkat dibandingkan harus memutar (Selengen – Jalan Nasional – Gumantar),” ucapnya seraya berharap adanya perhatian serius Pemda KLU untuk merevitalisasi jalur.
Sementara, Anggota Komisi III DPRD KLU, Iwandi, S.E., menegaskan pihaknya mendorong Pemda untuk menjadikan perbaikan sarana jembatan penghubung antardesa ini sebagai prioritas perbaikan. Hal ini sejalan dengan Misi Bupati saat ini, yaitu membuka konektivitas antarwilayah untuk mendukung mobilitas ekonomi dan antarsektor pendorong kesejahteraan masyarakat.
Iwandi memahami betul dampak terputusnya jembatan ini. Sebab Desa Gumantar dimana ia berdomisili, adalah desa yang dihubungkan oleh jembatan ini.
“Kami sengaja turun ke lokasi jembatan yang menjadi akses utama lintas desa. Melihat situasi dan kondisi jembatan saat ini, maka memaksa masyarakat harus memutar sampai 15 kilo. Kami minta kepada Bupati, untuk menjadikan ini skala prioritas ke depan,” tegasnya.
Politisi PPP KLU ini menyebut, jembatan ini berdiri dari Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) PNPM tahun 2014. Di saat bersamaan, Pemda mendukung akses jalan penghubung menuju jembatan dengan program lapen.
“Akibat gempa dan banjir bandang, aliran sungai sudah berubah dari Utara ke Selatan, sebelumnya dari timur ke barat, sehingga solusinya, jembatan harus dibangun baru dengan mengambil lokasi di bentang terdekat,” ujarnya.
Hal senada dikuatkan anggota Komisi III Fraksi Golkar, M. Indra Darmaji Asmar, ST. Dengan keahlian sebagai perencana teknik, Darmaji mengamini jembatan yang terputus tidak dapat diperbaiki karena jalur air dan bentang kali tidak relevan dengan jalur jembatan. “Perencana Teknik Dinas PU harus betul-betul menghitung dengan matang. Jalur yang menuju jembatan perlu direkayasa ulang, titik jembatan juga digeser ke hilir,” ujarnya. (ari)