Mataram (Suara NTB) – Kementerian Agama Republik Indonesia resmi meluncurkan Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan upaya penghijauan berkelanjutan di seluruh Indonesia, Selasa, 22 April 2025 yang bertepatan dengan Hari Bumi.
Kegiatan ini diawali secara daring oleh pusat dan diikuti serentak oleh seluruh jajaran Kementerian Agama di berbagai daerah, termasuk di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTB.
Setelah mengikuti arahan secara daring dari pusat, kegiatan dilanjutkan dengan penanaman pohon secara serentak di berbagai lokasi di wilayah NTB. Tercatat sebanyak 27 titik penanaman tersebar di berbagai unit kerja dan satuan pendidikan, salah satunya di MTsN 2 Mataram.
Kepala MTsN 2 Mataram, Sumber Hadi, S.Ag., M.Ag., dalam keterangannya menyampaikan apresiasi atas inisiatif Kementerian Agama ini. “Kami sangat mendukung gerakan penghijauan ini sebagai bagian dari edukasi lingkungan kepada peserta didik. Penanaman pohon ini juga menjadi simbol komitmen kami untuk menjaga kelestarian bumi,” ujarnya.
Penanaman pohon Matoa yang dikenal tahan terhadap berbagai kondisi cuaca dan memiliki nilai ekologis tinggi ini diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Dalam kegiatan itu, turut hadir Kasubag TU Kemenag Kota Mataram, Dr. Jalaludin. S.HI., M.HI., yang mewakili Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Mataram yang berhalangan hadir. Selain itu juga, nampak Kasi Pendidikan Madrasah, Kepala Kantor Urusan Agama, Bapak-Ibu Pokjawas, kepala MTs, kepala MIN se-Kota Mataram.
Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar dalam amanatnya berharap nantinya 1 juta pohon matoa ini mengintegrasi dari kepedulian lingkungan sekitar, semoga gagasan ini dapat meningkatkan kerukunan antar manusia dengan lingkungan semesta, sesama manusia dan ruh.
Kemudian dilanjutkan dengan laporan, Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamaruddin Amin. Ia menegaskan bahwa gerakan penanaman pohon ini adalah wujud nyata dari komitmen Kemenag terhadap pelestarian lingkungan berbasis nilai keagamaan atau yang disebut dengan pendekatan ekoteologi.
“Pohon matoa dipilih karena nilai ekologis, ekonomis, dan simbolisnya. Kita ingin menunjukkan bahwa ajaran agama sangat relevan dengan isu-isu lingkungan,” ujarnya.
Gerakan ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Agama dalam mendukung program pelestarian lingkungan sekaligus memperkuat karakter peduli lingkungan di kalangan ASN dan pelajar di bawah binaannya. (ron)