Mataram (Suara NTB) – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kota Mataram, mengklaim tingkat literasi masyarakat kategori tinggi. Kendati demikian, penggunaan media sosial berpengaruh terhadap minat membaca.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kota Mataram, Jimmy Nelwan dikonfirmasi pada, Selasa, 30 April 2025 menjelaskan, literasi perlu dilihat dari berbagai persepektif atau tidak hanya dari aspek membaca, melainkan juga dari aspek literasi kearsipan dan lain sebagainya. Penguatan budaya literasi juga telah dilakukan sejak tahun 2018 melalui program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Program ini sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk berinvestasi dalam pembangunan sumber daya manusia, khususnya melalui kegiatan prioritas penguatan literasi, inovasi, dan kreatifitas. “Program TPBIS dimaksud untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan,” jelasnya.
Hasil survey sosial ekonomi nasional tahun 2018 dan tahun 2021 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa kondisi membaca penduduk usia 5 tahun ke atas pada beberapa jenis bacaan mengalami penurunan. Penurunan bacaan ini terlihat dari bacaan koran sebesar 17,40 persen menjadi 17,34 persen, majalah/tabloid sebesar 6,05 persen menjadi 4,77 persen, buku cerita sebesar 10,85 persen menjadi 7,06 persen. Selain jenis bacaan tersebut, penurunan aktifitas membaa juga terjadi pada buku Pelajaran dari 25,74 persen menjadi 18,25 persen dan buku pengetahuan dari 21,59 persen menjadi 19,44 persen.
Jimmy bersyukur tingkat literasi masyarakat Kota Mataram tahun 2024 masuk kategori tinggi sebesar 75,44 persen. Indikator ini terlihat dari rata-rata frekuensi membaca perminggu yaitu 5-6 kali. Durasi membaca perhari yaitu 2 jam hingga 2 jam 59 menit. Bahan bacaan yang dibaca per tiga bulan yaitu 5-6 bahan bacaan. Rata-rata frekuensu akses internet untuk membaca atau mencari informasi yaitu 5-6 kali. Dan, rata-rata durasi akses internet untuk membaca atau mencari informasi perhari 2 jam hingga 2 jam 59 menit. “Sumber data ini dari Perpustakaan Nasional RI kajian tingkat gemar membaca,” jelasnya.
Mantan Sekretaris Dinas Tenaga Kerja mengakui, ketergantungan terhadap media sosial terutama bagi anak-anak menjadi kendala. Hal ini mempengaruhi tingkat literasi serta masyarakat sulit membedakan antara fakta dan berita bohong. Pihaknya berupaya mengedukasi masyarakat agar menggunakan media sosial secara bijak, baik dan benar. (cem)