Mataram (Suara NTB) – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memperketat penerbitan rekomendasi pengiriman sapi potong dari Kabupaten Bima. Kebijakan ini diterapkan untuk mencegah penumpukan ternak di pelabuhan yang sebelumnya sempat menyebabkan kemacetan arus distribusi ke Pulau Jawa.
Kepala Disnakeswan NTB, Muhammad Riadi, Selasa, 29 April 2025 di Mataram mengatakan, penerbitan rekomendasi dilakukan secara selektif. Langkah ini diambil menyusul padatnya pengiriman sapi ke wilayah Jabodetabek beberapa waktu lalu yang menyebabkan antrean truk di Pelabuhan Poto Tano (Sumbawa) dan Pelabuhan Gili Mas (Lombok Barat).
“Saya belum menerbitkan seluruh rekomendasi. Masih ada sekitar 3.000 ekor sapi dari Kabupaten Bima yang belum kami keluarkan izinnya, dari total kuota pengiriman tahunan sebanyak 16.000 ekor,” jelas Riadi.
Menurutnya, kebijakan ini tidak bertujuan menghambat distribusi, melainkan memastikan pengiriman berjalan tertib, aman, dan tidak menimbulkan kerugian bagi peternak dan pengusaha.
Ia menambahkan, kondisi pelabuhan dipantau setiap hari untuk menyesuaikan jumlah ternak yang dikirim. Jika kondisi pelabuhan dinilai lancar, maka rekomendasi segera diterbitkan. Namun jika masih terjadi penumpukan, penerbitan akan ditunda.
“Jika sapi menumpuk terlalu lama di pelabuhan, risikonya tinggi. Selain kekurangan air dan pakan, sapi juga bisa mengalami stres perjalanan yang berdampak pada kesehatan,” ujarnya.
Riadi menilai, menunggu di kandang peternak lebih aman bagi sapi karena kebutuhan pakan dan istirahat dapat terpenuhi dengan baik.
Disnakeswan NTB memastikan kebijakan ini bersifat dinamis dan disesuaikan dengan kapasitas pengangkutan kapal yang tersedia. Evaluasi dilakukan setiap hari guna menjaga kelancaran distribusi ternak dari NTB ke luar daerah.
“Permintaan dari Bima memang tinggi, tapi kita harus atur agar arus distribusi tetap terkendali. Kalau kapal tersedia, rekomendasi juga akan kita keluarkan dengan cepat,” tutupnya. (bul)