Oleh: Amilan Hatta
(Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Cabang Sumbawa)
Buya Syafii Maarif, cendekiawan muslim mantan Ketua PP Muhammadiyah memang telah wafat pada 27 Mei 2022 lalu di Yogyakarta. Ulama yang lahir pada 31 Mei 1935 itu semasa mudanya mengenyam pendidikan di banyak tempat, mulai dari Sekolah Rakyat (SR) Sumpur Kudus, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Sumpur Kudus, FKIS IKIP (Universitas Negeri Yogyakarta), sampai Ohio University dan The University of Chicago.
Sebelum menjadi Ketua PP Muhammadiyah pada tahun 1998, dia pun memiliki riwayat yang amat panjang sebagai pengajar, baik sebagai guru, asisten dosen, sampai dosen senior. Awal karier Buya Syafii Maarif adalah sebagai guru Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia SMP di Baturetno, Surakarta pada tahun 1959-1963.
Buya Syafii Maarif dikenal sebagai teladan di bidang pendidikan karena dedikasinya dalam mengajar, mendukung pendidikan, dan mengadvokasi nilai-nilai pendidikan Islam yang relevan dengan perkembangan zaman.
Buya Syafii Maarif adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan di Indonesia, terutama dalam konteks pendidikan Islam. Beliau dikenal sebagai pemikir yang moderat dan inklusif, serta memiliki perhatian besar terhadap peningkatan kualitas pendidikan yang tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga karakter dan moral.
Di sisi lain pembelajaran mandiri (self-regulated learning) juga digagasnya. Mengacu pada bagaimana anak menjadi master dari proses belajar mereka sendiri. Baik yang menyangkut kemampuan mental maupun keterampilan kinerja. Pengaturan diri tidak lain ialah proses mengarahkan diri sendiri, yang melaluinya peserta didik mengubah kemampuan mentalnya ke dalam aneka keterampilan terkait dengan tugas di berbagai bidang seperti akademik, olahraga, musik, dan kesehatan.
Memang tidak berlebihan disematkan kepada Buya sebagai teladan utama di bidang pendidikan dan pengajaran Indonesia. Buya tanpa merasa canggung berselancar dari satu bidang ke bidang ilmu lainnya. Sastra, sejarah, pemikiran Islam, politik, bahkan filsafat.
Secara umum, Buya Syafii Maarif adalah seorang tokoh yang memiliki kontribusi besar dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Beliau tidak hanya fokus pada aspek formal pendidikan, tetapi juga menekankan pentingnya pendidikan karakter dan moral, serta dialog antarumat beragama untuk menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan relevan.
Pendidikan yang dikembangkan oleh Buya Syafii Ma’arif, yang menekankan nilai-nilai agama, karakter, moral, dan dialog antarumat beragama, dapat menjadi inspirasi bagi pemangku kebijakan pendidikan nasional. Dengan mengadopsi pendekatan ini, diharapkan dapat terbentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia, toleran, dan mampu membangun perdamaian di tengah masyarakat yang beragam.
Betapa tidak, karena hal ini juga relevan dengan semangat yang sedang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam upaya memajukan pendidikan nasional yang bermutu.
Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2025 lalu, Presiden Prabowo Subianto didampingi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Muti meresmikan empat program strategis yang merupakan sebagai Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Presiden. Keempat program tersebut adalah Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan, Digitalisasi Pembelajaran, Pemberian Insentif bagi Guru Non Aparatur Sipil Negara (ASN), serta Pemberian Bantuan Biaya bagi Guru untuk Mengikuti Pendidikan D4/S1.
Perhatian Presiden Prabowo Subianto yang besar terhadap pembangunan dunia pendidikan di Indonesia ditegaskannya ketika mengatakan bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam menentukan masa depan bangsa. Dalam sambutannya pada Peringatan Hardiknas Tahun 2025 dan Peluncuran PHTC Presiden, Presiden menyampaikan pentingnya menjadikan pendidikan sebagai prioritas mutlak dalam pembangunan nasional.
Selain itu, Presiden mengungkapkan bahwa tidak ada negara yang bisa mencapai kesejahteraan dan kemajuan tanpa pendidikan yang bermutu.
Di sisi lain, sebagai bagian dari tantangan dunia pendidikan kita menarik untuk dicermati temuan KPK melalui Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 menunjukkan indeks integritas pendidikan Indonesia pada angka 69,50, yang dikategorikan sebagai “Korektif”. Ini berarti upaya perbaikan integritas sudah dilakukan, namun penerapan dan pengawasannya masih belum merata dan konsisten.
Pada aspek integritas ini penulis berpendapat seluruh stakeholder bidang pendidikan kita lagi-lagi harus lebih banyak belajar pada nilai-nilai integritas yang diteladani oleh Buya Syafii Maarif dengan rekam jejaknya yang sering kita lihat di berbagai media massa mapun media sosial.
Nilai keteladanan Buya Syafii Maarif yang dapat diambil adalah ; sosok yang sederhana, mandiri, memiliki pemikiran moderat dan menyejukkan, giat mengembangkan toleransi aktif dan berpedoman pada Pancasila.
Bahkan salah satu ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmadi, pernah menyebutkan bahwa keteladanan dan kebangsaan Buya Syafii Maarif memang patut dicontoh. Dalam hidup berbangsa dan bernegara, Buya Syafii Maarif adalah sosok yang universal etik atau mempunyai etika dan moralitas yang tidak membeda-bedakan orang berdasarkan perbedaan primordialisme atau perbedaan keyakinan.
Alhasil, memang sosok Buya Syafii Maarif patut menjadi teladan bagi semua orang dalam partisipasi semesta mewujudkan pendidikan bermutu bagi semua. Karena pemikirannya yang moderat, menyejukkan, dan dapat diterima lintas generasi, serta sikap keteladanan hidupnya yang sederhana. Ia adalah sosok yang universal dalam etika dan moralitas, tidak membeda-bedakan orang berdasarkan perbedaan primordialisme atau keyakinan. (*)