Mataram (Suara NTB) – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat peningkatan kasus rabies di sejumlah kabupaten/kota sepanjang Januari hingga April 2025. Kabupaten Sumbawa menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi selama periode tersebut.
Berdasarkan data rekapitulasi hingga April 2025, tercatat total 253 kasus rabies di seluruh NTB. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, meskipun data pembanding tidak dijelaskan secara rinci.
Kabupaten Sumbawa mendominasi dengan 219 kasus, disusul Kabupaten Sumbawa Barat (30 kasus), Kabupaten Bima (3 kasus), dan Kabupaten Dompu (1 kasus). Sementara itu, Kota Bima dilaporkan nihil kasus.
Distribusi bulanan menunjukkan lonjakan tertinggi terjadi di Kabupaten Sumbawa pada Februari (76 kasus) dan Maret (52 kasus). Di Kabupaten Sumbawa Barat, lonjakan signifikan tercatat pada Februari, naik menjadi 76 kasus setelah sebelumnya hanya 6 kasus pada Januari.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, drh. Musleh, menyampaikan bahwa keterbatasan sumber daya, vaksin, dan anggaran menjadi kendala utama dalam pengendalian rabies. Permohonan bantuan vaksin telah diajukan ke pemerintah pusat, karena stok yang ada dinilai belum mencukupi kebutuhan.
“Persoalan kita di Pulau Sumbawa itu banyak anjing liar. Itu sulit divaksin. Bagaimana cara kita nangkepnya itu sulit,” ungkap drh. Muslih.
Upaya eliminasi anjing liar dengan suntik mati atau racun juga menghadapi kendala. Selain keterbatasan obat, metode tersebut dianggap melanggar prinsip kesejahteraan hewan oleh organisasi kesehatan hewan internasional.
Meski terjadi peningkatan kasus, drh. Muslih menyebut situasi masih relatif stabil. Hingga pertengahan Mei 2025, belum ada laporan korban meninggal dunia akibat rabies di NTB. Ia juga menegaskan pentingnya mencegah penyebaran rabies ke Pulau Lombok.
“Alhamdulillah di Lombok tidak ada kasus. Makanya kita ketat melarang HPR (Hewan Penular Rabies) tidak masuk,” jelasnya.
Pemerintah Provinsi NTB mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan vaksinasi terhadap hewan peliharaan seperti anjing, kucing, dan kera, serta menghindari kontak dengan hewan liar. Program vaksinasi massal secara berkala juga menjadi strategi utama untuk memutus rantai penularan rabies.
Masyarakat diharapkan segera melaporkan kepada petugas jika menemukan hewan dengan gejala rabies, seperti perubahan perilaku, agresivitas, air liur berlebih, kesulitan menelan, atau kelumpuhan. Penanganan cepat dan tepat dapat mencegah penyebaran lebih luas dan melindungi kesehatan masyarakat. (bul)