Mataram (Suara NTB) – Sejumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) kesulitan mendapatkan mahasiswa baru ketika masa Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). Salah satu yang kerap disebut penyebabnya, yaitu Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). PTS berharap pemerintah memberikan perhatian kepada PTS, karena juga turut berperan mencerdaskan kehidupan anak bangsa.
Hal itu disampaikan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII, Dr. Ir. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, S.T., M.T., IPU, ASEAN.Eng., ditemui di Mataram akhir pekan lalu.
Menurutnya, dalam rancangan sistem pendidikan nasional yang tengah digodok, PTS berharap perhatian lebih pemerintah kepada PTS. “Berikan perhatian kepada PTS juga ikut mencerdaskan kehidupan anak bangsa, jangan PTN saja. Cita-cita kita, tidak membedakan negeri dan swasta. Semoga benar-benar terwujud,” harap Gusti Lanang.
Ia juga mengakui, ada sejumlah PTS yang kesulitan mendapatkan mahasiswa baru. Kondisi itu merupakan permasalahan dari tahun ke tahun. Salah satu yang dianggap penyebabnya karena penerimaan mahasiswa baru di PTN yang seolah tanpa batas. Walaupun saat ini diupayakan agar PMB di PTN berjalan sesuai waktu yang ditentukan.
“Kita memang sudah melihat dengan konsep pembatasan SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi), SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes), dan jalur mandiri di PTN dibuat berbareng dalam waktu tertentu dan sepakat tidak diadakan lagi di luar jadwal. Yang kita sepakati itu semoga diimplementasikan di lapangan,” harap Gusti Lanang.
Gusti Lanang juga menyarankan agar PTS melakukan kolaborasi dengan PTN yang besar dan memiliki reputasi baik. “Misalnya, di satu PTS sudah punya prodi kedokteran hewan maka berkolaborasi dengan PTN besar. Jadi mahasiswa di Lombok tidak perlu lagi berpikir kuliah ke luar, karena sudah berkolaborasi dengan kampus besar. Kampus besar pun semacam tidak enak hati untuk mengambil mahasiswa di daerah karena sudah berkolaborasi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Dewan Pertimbangan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi) NTB, Dr. Halus Mandala, M.Hum., mengatakan, pemerintah membuat skema persaingan bebas untuk penerimaan mahasiswa baru. Namun, masyarakat di NTB dan Indonesia bagian timur masih berorientasi kuliah di PTN. Sementara itu, dengan tiga jalur SNPMB memberikan peluang lebih luas bagi calon mahasiswa baru untuk masuk PTN.
“SNPMB yang sampai tiga jalur itu sangat mempengaruhi penerimaan mahasiswa baru kami (di PTS). Harus ada batasannya, jangan sampai berlebihan. PTN itu berlebih (menerima mahasiswa baru). Bahkan jalur mandiri dibuka gelombang berkali-kali,” keluh Halus Mandala yang juga Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram.
Di samping tiga jalur SNPMB tersebut, waktu pembukaan SNPMB dianggap menekan PTS. Jalur mandiri di PTN yang dibuka berkali-kali bisa berakhir mendekati dua pekan sebelum tahun akademik baru.
“Sampai membuat kami hanya punya maksimal satu bulan untuk menerima mahasiswa baru. Mereka (PTN) tinggal dua minggu jelang tahun akademik, baru tutup penerimaan mahasisa baru. Ini jadi problem untuk kami di PTS,” beber Halus.
Pemerintah diminta melihat kondisi nyata di masyarakat dalam mempertimbangkan apakah kebijakan SNPMB sudah bisa diterapkan. Menurut Halus, kebijakan itu baru bisa diterapkan ketika masyarakat sudah objektif memandang kampus negeri dan swasta. Pemerintah perlu mengontrol pelaksanaan SNPMB hingga jalur mandiri di setiap PTN.
“Sebenarnya bagus-bagus saja (SNPMB), sepanjang memang harus dibatasi. Tetap bebas, tetapi harus dibatasi. Jika tidak dikontrol, swasta jadi korbannya. Padahal swasta punya kontribusi besar, tidak boleh diabaikan,” saran Halus.
Meski demikian, Halus menekankan, perguruan tinggi swasta juga perlu menguatkan kualitas. Jika tidak, masyarakat akan berpaling dari kampus swasta. (ron)