spot_img
Selasa, Juni 24, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMKondisi Kesehatan Jemaah Haji Kota Mataram Relatif Stabil

Kondisi Kesehatan Jemaah Haji Kota Mataram Relatif Stabil

Mataram (Suara NTB) – Menjelang puncak ibadah wukuf di Arafah, para jemaah haji asal Kota Mataram berada dalam kondisi relatif sehat.

Kepala Seksi Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Kota Mataram, H. Kasmi, memastikan bahwa seluruh jemaah haji asal Kota Mataram saat ini dalam kondisi sehat. Dari total 710 jemaah yang diberangkatkan, termasuk petugas, sejauh ini dua orang telah wafat. Dengan demikian, tersisa 708 jemaah yang masih melanjutkan rangkaian ibadah haji di Tanah Suci.

“Menurut teman-teman petugas, seluruh jemaah saat ini dalam keadaan sehat, kecuali yang telah wafat. Terakhir, laki-laki bernama Subiarto meninggal dunia akibat penyakit ginjal. Jemaah lainnya belum ada yang dirawat di rumah sakit,” jelas Kasmi saat dihubungi pada Senin, 27 Mei 2025.

Kasmi menerangkan bahwa perhatian khusus diberikan kepada jemaah lanjut usia (lansia) mengingat kondisi fisik mereka yang lebih rentan. Jemaah lansia yang telah menyelesaikan tawaf wajib diperbolehkan melaksanakan ibadah sunnah dari hotel. “Yang penting adalah pelaksanaan ibadah wajib. Sementara ibadah sunnah bisa dilakukan dari hotel jika kondisi tidak memungkinkan,” ujarnya.

Menjelang puncak ibadah wukuf di Arafah, Kasmi menegaskan bahwa seluruh jemaah, baik lansia maupun yang sedang sakit, wajib hadir di Padang Arafah. “Karena inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Ini tidak bisa diwakilkan. Sementara untuk lempar jumrah, diperbolehkan untuk diwakilkan kepada jemaah lain,” tegasnya.

Ibadah sunah memang memiliki pahala yang besar, namun kesehatan dan keselamatan jiwa jauh lebih utama, terutamanya pada saat pelaksanaan haji di Armuzna.

Untuk jemaah yang mengalami gangguan kesehatan, pemerintah menyediakan layanan safari wukuf dengan kendaraan khusus. Sementara itu, jemaah lansia yang masih mampu hadir akan tetap dibantu oleh petugas, baik dengan cara dipapah maupun menggunakan kursi roda yang didorong oleh ketua regu atau ketua rombongan.

 “Jemaah lansia mendapat prioritas saat pelaksanaan wukuf. Mereka didahulukan naik kendaraan dan juga saat turun di Arafah. Jika ada jemaah yang sedang dirawat di rumah sakit dan tidak bisa berjalan, mereka tetap akan diupayakan hadir dengan didampingi ambulans,” katanya.

Kasmi juga menyampaikan bahwa di Mekkah terdapat petugas berbayar yang membantu pelaksanaan tawaf dan sai, khususnya bagi jemaah berkursi roda atau yang memiliki keterbatasan fisik. Biaya jasa ini cukup tinggi, yakni sekitar 400 riyal untuk satu paket tawaf dan sai. “Sejak dari tanah air, jemaah dengan kondisi fisik lemah telah diminta menyiapkan dana tambahan untuk biaya dorong,” tambahnya.

Adapun jumlah jemaah haji dari Kota Mataram terbagi dalam dua kloter, yakni Kloter 3 dan Kloter 9. Pada Kloter 3 terdapat 389 jemaah, terdiri atas 179 pria dan 210 wanita. Berdasarkan risiko kesehatan (risti), 139 orang tidak berisiko, 98 tergolong risti ringan, 60 risti sedang, dan 92 risti berat. Sementara berdasarkan status istithaah, 131 jemaah dinyatakan istithaah mandiri, 256 membutuhkan pendampingan obat, dan 2 orang memerlukan pendampingan secara fisik.

Sedangkan Kloter 9 berisi 306 jemaah, terdiri dari 139 pria dan 167 wanita. Sebanyak 128 orang tidak berisiko, 78 risti ringan, 35 risti sedang, dan 65 risti berat. Untuk status istithaah, terdapat 139 jemaah mandiri, 164 dengan pendampingan obat, dan 3 orang dengan pendampingan orang.

Kemenag Kota Mataram terus memantau kondisi seluruh jemaah dan memastikan pelayanan maksimal agar seluruh tahapan ibadah haji dapat berlangsung lancar dan tertunaikan secara sempurna.

Untuk diketahui, bahwa jumlah jemaah haji asal Indonesia yang meninggal dunia terus bertambah. Hingga Selasa pagi (27/5/2025), tercatat sebanyak 68 orang jemaah telah wafat selama menjalankan ibadah haji.

Data tersebut terekam dalam Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama pada pukul 07.00 WIB. Dari total jemaah yang meninggal, 24 di antaranya adalah perempuan, sementara 44 lainnya adalah laki-laki. Lebih dari separuh (54,4%) merupakan jemaah berusia di atas 68 tahun.

Kementerian Kesehatan mengimbau para jemaah, khususnya lansia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), untuk lebih bijak dalam menjalankan ibadah sunah.

Penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian para jemaah sejauh ini. Jemaah dengan kondisi kesehatan khusus, seperti penderita jantung, hipertensi, dan diabetes, disarankan untuk membatasi ibadah sunah yang membutuhkan tenaga ekstra guna menjaga keselamatan dan kesehatan selama menunaikan ibadah haji. (hir)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO