Mataram (Suara NTB) – Pemerintah Kota Mataram semestinya mencari solusi permanen untuk menangani permasalahan sampah. Kondisi sebenarnya telah berlangsung lama, tetapi tidak dijadikan prioritas penanganan. Permasalahan ini diharapkan tidak berlarut-larut, sehingga tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat.
Ketua Komisi III DPRD Kota Mataram, Abdurrahman dikonfirmasi pada, Selasa, 27 Mei 2025 menegaskan, permasalahan sampah ini tidak bisa ditunda-tunda, karena penutupan Tempat Pengolahan Akhir Regional Kebon Kongo di Desa Suka Makmur, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat telah diwacanakan sejak dua tahun lalu.
Pemkot Mataram semestinya sudah menyiapkan diri dengan berbagai langkah antisipasi dan inovasi. Pembangunan TPST Sandubaya dinilai sebagai langkah positif tetapi tidak mampu menyelesaikan sampah se- Kota Mataram. “Permasalahan sampah ini semestinya tidak berlarut-larut, karena saya sudah sering sampaikan saat rapat dengar pendapat,” terangnya.
Politisi Partai Gerindra Kota Mataram menyarankan penanganan sampah harus menjadi program prioritas. Salah satu caranya adalah memberikan anggaran besar bagi Dinas Lingkungan Hidup untuk membangun fasilitas atau inovasi penanganan sampah. Catatannya kata dia, pola penanganan sampah tidak konvensional dengan sistem angkut buang saja. “Kalau ingin mengelola harus secara matang. Kalau hanya konsepnya sama seperti sebelumnya hanya buang-buang anggaran,” ujarnya.
Rencana pengadaan alat incinerator dianggap sebagai langkah paling tepat dan sangat mukhathir menghilangkan sampah. Akan tetapi, Pemkot Mataram juga harus memikirkan dampak lingkungan akibat polusi udara yang dihasilkan dari pembakaran sampah tersebut.
Ia menyarankan alat pembakaran sampah meniru Australia atau kota-kota di Indonesia yang berhasil mengolah sampah dengan baik tanpa meninggalkan masalah baru. “Saya kira lucu kalau setiap tahun ini saja yang kita ributkan. Cari alat modern untuk menangani sampah secara permanen,” tegasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, H. Nizar Denny Cahyadi mengakui, Wali Kota Mataram Dr. H. Mohan Roliskana ingin membangun incinerator di enam kecamatan. Satu incinerator dapat menampung 9 ton sampah. Pihaknya masih mencari referensi untuk merealisasikan keinginan kepala daerah tersebut. “Jadi satu kecamatan satu incinerator,” sebutnya.
Denny berharap kondisi saat ini menjadi pelajaran bagi Kota Mataram karena tidak memiliki lahan untuk bisa membuang sampah. Oleh karena itu, pihaknya harus memikirkan diri sendiri untuk mencari solusi jangka panjang untuk mengantisipasi penumpukan sampah. Incinerator ini dinilai sebagai solusi. Sebab, lahan dibutuhkan sedikit dan biaya lebih kecil. (cem)