spot_img
Selasa, Juni 24, 2025
spot_img
BerandaHEADLINECOVID-19 Kembali Meningkat di Asia Tenggara, Kota Mataram Bersiaga

COVID-19 Kembali Meningkat di Asia Tenggara, Kota Mataram Bersiaga

Mataram (Suara NTB) – Gelombang baru COVID-19 melanda Asia Tenggara dengan kemunculan varian XEC yang lebih menular. Pemerintah pusat menyebut situasi di Indonesia masih terkendali, tetapi Kota Mataram ikut bersiaga.

Gelombang baru penyebaran COVID-19 tengah melanda Asia Tenggara. Sejumlah negara mencatat lonjakan signifikan dalam jumlah kasus harian, memicu kekhawatiran akan kemunculan varian baru serta dampaknya terhadap kelompok rentan. Pemerintah Indonesia pun mengambil langkah antisipatif agar situasi di dalam negeri tetap terkendali.

Di Singapura, kasus COVID-19 meningkat dari 11.100 menjadi 14.200 hanya dalam waktu sepekan, yakni antara 27 April hingga 3 Mei 2025. Thailand mencatat lebih dari 16.600 kasus baru dan enam kematian pada periode 4 sampai 10 Mei. Hong Kong juga mengalami peningkatan jumlah kasus, yang sebagian besar dipicu oleh penyebaran subvarian baru SARS-CoV-2.

Salah satu varian yang kini menjadi perhatian serius adalah varian XEC. Varian ini telah terdeteksi di sejumlah negara seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong. Menurut sejumlah kajian, XEC memiliki laju penularan tujuh kali lebih cepat dari flu biasa dan disebut lebih berbahaya bagi lansia.

Menanggapi lonjakan ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menegaskan bahwa hingga pekan ke-19 tahun 2025, situasi di Indonesia masih terkendali.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menyebut bahwa kondisi nasional tetap berada dalam batas aman. Kendati demikian, pemerintah tetap memperkuat pemantauan penyakit menular, termasuk COVID-19, melalui sistem sentinel dan pengawasan ketat di seluruh pintu masuk negara.

Sebagai bentuk kesiapsiagaan, Kemenkes RI mengeluarkan surat edaran resmi pada 23 Mei 2025. Surat yang ditandatangani oleh Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Murti Utami, tersebut mengimbau seluruh daerah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran COVID-19 dan penyakit lain yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa.

Di dalam negeri, varian MB.1.1 saat ini menjadi varian dominan yang beredar. Gejala yang muncul umumnya ringan, seperti batuk, pilek, demam, dan nyeri tenggorokan. Namun, kelompok lansia dan penderita komorbid tetap memiliki risiko tinggi terhadap gejala berat.

Lonjakan kasus di kawasan juga menjadi perhatian bagi daerah-daerah tujuan wisata di Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat (NTB). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, jumlah wisatawan asing yang tiba melalui Bandara Internasional Lombok pada Maret 2025 mencapai lebih dari 5.300 orang. Kunjungan ini didominasi oleh turis dari Eropa, Asia Tenggara, dan Asia non-ASEAN, dengan Malaysia sebagai negara asal terbanyak, disusul oleh Singapura dan Jerman.

Kota Mataram memang bukan destinasi utama para wisatawan mancanegara. Namun, tetap harus diwaspadai karena tidak jarang para turis mengunjungi tempat-tempat menarik yang ada di kota Mataram.

Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. Emirald Isfihan, menilai bahwa imbauan dari Kemenkes patut dijadikan pegangan dalam meningkatkan kesiapsiagaan.
“Ya, Kemenkes mengeluarkan SE sebagai bentuk kewaspadaan. Tetapi saat ini varian yang muncul transmisinya masih relatif rendah, dan angka kematiannya juga rendah. Apalagi kita di Indonesia telah melaksanakan vaksinasi, jadi relatif aman,” ujarnya saat dikonfirmasi, Minggu, 1 Juni 2025.

Meski begitu, ia tetap mengingatkan masyarakat untuk tidak lengah dan disiplin dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). “Kalau mengalami gejala penyakit saluran napas, agar menggunakan masker dan segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat,” tambahnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Kemenkes RI, drg. Widyawati, juga mengingatkan pentingnya menjalankan protokol kesehatan secara disiplin. Ia menyarankan agar masyarakat tetap memakai masker saat bepergian, terutama jika dalam kondisi kurang sehat, mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer, serta menerapkan etika batuk dan bersin. Gaya hidup bersih dan sehat tetap menjadi langkah penting untuk mencegah penularan penyakit.

Oleh karena itu, Pemerintah Daerah bersama Kemenkes RI terus menegaskan agar masyarakat tidak lengah. Langkah antisipasi serta kebiasaan menjaga protokol kesehatan harus dijadikan bagian dari kehidupan sehari-hari. Pemerintah berharap sinergi antara masyarakat, sektor kesehatan, dan sektor lainnya dapat menjaga stabilitas kondisi kesehatan daerah, terutama di tengah tren peningkatan kasus di kawasan Asia. (hir)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO